[pullquote]Kawasan puncak Bogor memang tak pernah sepi dari pembicaraan. Selain udaranya yang sejuk, hamparan kebun tehnya yang indah, wisata Taman Safari-nya yang selalu ramai serta bertaburannya restoran di sana. Kali ini kami mengajak Anda untuk berwisata paralayang bersama keluarga di Bukit Paralayang.[/pullquote]
Ketika merasa penat dan jenuh di Ibu Kota, tak ada salahnya melepaskan ketegangan dengan mengikuti aktivitas yang memicu adrenalin, yakni olahraga paralayang. Olahraga ini merupakan olahraga udara yang bersifat petualangan dan rekreasi. Area masuk ke Bukit Paralayang tidaklah sulit, sebagai patokan, setelah melewati Masjid At- Taawun, melewati tikungan ada jalan masuk ke sebelah kiri.
Bayangkan indahnya pemandangan kawasan Puncak dari udara? Nah, dengan berparalayang secara tandem, kita bisa menikmati penerbangan melewati bukit yang indah ini.
Tergantung cuaca
Dulu olahraga ini disebut terjun gunung, karena tujuannya untuk mempercepat waktu yang dibutuhkan saat turun gunung. Olahraga kedirgantaraan yang pertama kali diresmikan oleh FASI (Federasi Aero Sport Indonesia) tahun 1990 ini akhirnya berubah nama menjadi Paralayang. Selain membutuhkan parasut dan landasan pacu di bukit, paralayang sangat tergantung pada cuaca dan kecepatan angin di lokasi terbang.
Sebelum terbang kita harus menungu angin dan cuaca yang mendukung. Jika cuaca sedang hujan atau angin kuat bertium dari arah belakang, kita tidak bisa terbang. Tak heran olahraga ini hanya bisa dilakukan di musim kemarau.
Didampingi oleh orang yang berpengalaman
Siang itu saya sampai di bukit Paralayang, ditemani oleh Master Tandem, Get Gendon Subandono, dari Klub Merapi Paragliding. Karena hari sempat hujan, saya menghabiskan waktu sambil menunggu hujan reda dengan makan siang dahulu di warung kecil yang terdapat di sana. Untungnya tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan waktu yang bagus untuk melayang.
Selesai hujan reda, saya kembali naik ke atas siap untuk terbang. Di Bukit Paralayang telah terbentang peralatan paralayang untuk para peserta tandem, berupa parasut, helm, dan flight suit. Flight suit ini juga berfungsi sebagai tempat duduk saat melayang di udara. Praktis dan aman, hingga kami bisa memotret pemandangan ataupun selfie.
Sebelum terbang, kita akan diminta mengisi formulir yang menyatakan kita menerima segala konsekuensi sebagai penumpang tandem. Maklum, olahraga ini termasuk olahraga yang cukup berbahaya apabila tidak didampingi oleh orang yang telah berpengalaman.
Diperlukan sekitar 3-5 orang untuk membantu mempersiapkan parasut dan menuntun paraglider untuk take off. Parasut selebar sekitar 10 m itu dibentangkan di landasan pacu, dan dipegangi oleh seorang kru. Kemudian setelah ada aba-aba siap, saya dan Gendon berjalan sedikit berlari menuju langit luas di depan saya. Dan… wuuuuzzz kami berdua pun melayang di udara. Angin sejuk berhembus menerpa wajah, sungguh menyenangkan!
Ketagihan terbang
Takjub rasanya bisa ‘terbang’, melihat keindahan hamparan perkebunan teh dari atas. Durasi terbang selama 10-15 menit pun tak terasa telah berlalu, akhirnya landing spot – sudah terlihat dari kejauhan. Terlihat pula beberapa kru yang sudah bersiap-siap menyambut kami. “Siap untuk lari di udara ya,” ujar Gendon memberi instruksi. Satu, dua tiga… hup! Kami pun mendarat meskipun sempat terjatuh di landasan.
Dengan cekatan para kru langsung membantu kami berdiri dan membereskan perlengkapan kami. Dari sini, kami kembali ke Bukit Paralayang menggunakan angkot yang sudah disewa khusus. Sampai di Bukit Paralayang, Mas Gendon langsung bersiap meluncur bersama tamunya yang lain.
Apabila Anda menyukai olahraga extreme sport, maka Anda harus mencoba terbang paralayang, dijamin pasti ketagihan!
Siapa yang Boleh Terbang?
Wisata paralayang tandem ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Termasuk orangtua dan anak-anak. Menurut Gendon, peserta tandem paralayang ini tidak perlu berlatih atau harus berpengalaman. Persyaratannya juga simpel, berat badan penumpang antara 25-95 kg. Olahraga ini memang relatif mahal, namun jika dibandingkan dengan faktor safety dan ongkos sewa peralatan serta pengalaman seorang tandem master.
Biaya tandem paralayang 1 orang peserta Rp350 ribu (lokal), Rp400 ribu (asing), biaya sewa kamera Go Pro Rp150 ribu.
Yuk Ikut Kursus!
Kini olahraga paralayang semakin banyak digemari, apalagi pesona alam Nusantara banyak menawarkan tempat yang indah untuk aktivitas ini. Tak heran bila berbagai klub paralayang pun menjamur. Salah satu klub paralayang yang ada di Indonesia adalah Merapi Paragliding. Klub ini berdiri sejak 1990 dan memiliki sekitar 100 anggota aktif.
“Latar belakang pendiriannya adalah keinginan kami untuk memasyarakatkan aktivitas kedirgantaraan di Indonesia. Kami berupaya untuk mempopulerkan olahraga udara ini menjadi hobi, prestasi, maupun sarana wisata terbang alam bebas yang positif dan digemari masyarakat,” kata Gendon Subandono, salah seorang penggagas terbentuknya Merapi Paragliding.
Untuk yang ingin menekuni paralayang, harus mengikuti kursus agar mengetahui aspek keamanannya seperti yang disediakan oleh Klub Merapi Paragliding. “Kami telah memperkenalkan dan mengajarkan kepada banyak peserta seputar praktek dan teori. Pola pengoperasian pengajaran terbang disesuaikan dengan prosedur standar Federasi Aerosport Indonesia bidang paralayang,” jelas Gendon.
Materi yang diajarkan adalah pengenalan peralatan, tata cara terbang, etika kedirgantaraan (airmanship), meteorologi, dan sebagainya. Untuk mengikuti kursus paralayang, Merapi Paragliding mematok tarif Rp7 juta. “Jangka waktu kursus biasanya 10 hari, dan siswa melakukan 45 kali penerbangan,” ucap Gendon. Tentang sisi keamanan, Gendon menyatakan paralayang sangat aman jika seluruh prosedur dilakukan dengan benar. “Naik sepeda motor di jalan raya bisa saja lebih berbahaya daripada paralayang, kok. Jadi yang penting aspek safety harus ditaati dan tahu batasannya,” tegasnya lagi.