Dear dr. Damar,
Dok, di usia yang memasuki usia 40 tahun saya hamil. Ini merupakan kehamilan pertama buat saya setelah menantikan selama 10 tahun. Tentu saja saya bahagia sekaligus khawatir, mengingat ini pengalaman pertama, dan yang lebih penting lagi usia saya tidak muda lagi. Adakah pemeriksaan lebih bagi ibu hamil di usia ini? Misalnya saja amniosentesis. Perlukah saya melakukannya. Mohon masukkan. Terima kasih.
Andarini Puspito – Bandung
=================================================================================
Ibu Andarini di Bandung,
Syukur kepada Allah atas karunia yang diberikannya kepada ibu setelah 10 tahun menanti. Betul, hamil di usia 40 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk ibu dan bayinya, dibandingkan saat usia 20 tahunan. Risiko ibu antara lain perdarahan pascapersalinan, hipertensi dalam kehamilan, diabetes dalam kehamilan, dan lain-lain. Sedangkan risiko untuk bayi antara lain pertumbuhan janin terhambat, bayi yang besar sehingga harus dilahirkan lewat operasi sesar, atau meningkatnya kejadian cacad bawaan.
Pemeriksaan amniosentesis yang ibu tanyakan bertujuan untuk menapis adanya kelainan kromosom pada bayi yang dikandung. Kelainan kromosom ini yang menyebabkan cacad bawaan pada bayi. Cacad bawaan bisa berbentuk fisik yang tidak sempurna dan retardasi mental. Risiko ini meningkat pada ibu yang berusia di atas 35 tahun karena pembelah sel telur atau sperma yang tidak sempurna.
Amniosentesis dilakukan dengan mengambil sedikit air ketuban menggunakan suntikan melalui perut pada kehamilan dini. Amniosentesis ini dilakuan dengan bantuan USG. Nanti air ketubannya dianalisis dan dapat diketahui tipe kromosom bayi yang dikandung, termasuk kepastian jenis kelaminnya.
Pemeriksaan amniosentesis ini bersifat invasif, dapat berisiko mulai dari nyeri sampai yang berat, berupa keguguran atau cacad bawaan pada janinnya. Namun risiko ini berkurang bila dilakukan dengan bantuan USG.
Saat ini ada pemeriksaan yang ‘tidak invasif’ untuk mengetahui tipe kromosom bayi, yaitu dengan NIPT (non invasive prenatal testing) atau NIPS (non invasive prenatal screening). NIPT/NIPS dilakukan dengan mengambil darah ibu dari lengan misalnya dan dari darah ibu tersebut bisa diketahui berbagai sindrom pada bayi yang mungkin ada. Keuntungannya pengambilan sampelnya tidak mengutak utik kehamilannya. Kelemahan pemeriksaan ini saat ini antara lain masih relatif mahal. Pengambilan sampelnya sudah bisa dilakukan di Indonesia.
Selain kelainan kromosom, hamil pada usia lanjut membutuhkan persiapan lebih. Persiapan tersebut termasuk perbaikan nutrisi dan deteksi dini kemungkinan komplikasi yang dapat timbul. Tentang hal ini sebaiknya ibu diskusikan dengan dokter ibu.
Demikian jawaban saya, mudah-mudahan bermanfaat.