[pullquote]Jantar Mantar adalah sebuah monumen tua gabungan dari beberapa instrumen yang digunakan sebagai petunjuk waktu dan menjadi dasar ilmu Astronomi di India. Di sini, kita bisa membayangkan menjadi astronom di abad ke-17.[/pullquote]
Si kecilku, Najin (7 tahun), pernah menyampaikan bahwa cita-citanya adalah menjadi astronot. Sepertinya, bukan hanya Najin anak berusia 7 tahun yang bercita-cita untuk menjadi astronot, namun kami tetap berniat untuk mengenalkannya pada banyak hal yang bersinggungan dengan Ilmu Astronomi.
Kebetulan saat ini kami tinggal di National Capital Territory (NCT) Delhi, India, atau seperti Daerah Khusus Ibu Kota jika di Indonesia. Di tempat ini ada sabuah monumen tua yang dibangun pada abad ke-17 Masehi yang disebut Jantar Mantar. Monumen tersebut menjadi dasar Ilmu Astronomi sebagai petunjuk waktu dan musim kala itu. Kami mengajaknya untuk mengunjungi tempat tersebut.
Berfungsi sebagai observatory
Jantar Mantar di NCT Delhi ini merupakan yang pertama dari lima Jantar Mantar yang dibangun oleh Raja Sawai Jai Sing II antara tahun 1700 hingga 1749. Jantar Mantar di Delhi merupakan observatory yang pertama kali dibangun. Kemudian disusul dengan pembangunan Jantar Mantar di Kota Jaipur, Delhi, Varanasi, Ujjain dan Mathura.
Pemrakarsa pembuatan Jantar Mantar ini adalah Kaisar Mughal bernama Muhammad Shah. Pada saat itu, India dikuasai oleh kekaisaran Islam Mughal. Beliau membutuhkan sebuah tempat sebagai petunjuk waktu untuk menjalankan shalat dan sistem kalender. Beliau kemudian menunjuk Raja Jai Sing II yang pada saat itu dinobatkan sebagai raja di kota Jaipur, Rajasthan. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat mencintai dan ahli dalam bidang astronomi.
Bangunan ini dibuat untuk mengetahui lebih banyak tentang tata surya. Bukan hanya posisi matahari, melainkan juga posisi bulan, rasi bintang dan juga tata letak planet lainnya. Raja Jai Sing II membangun empat Instrumen utama di Jantar Mantar, dimana setiap instrumen tersebut memiliki komponen, nama, bentuk dan fungsi yang berbeda.
Misra Yantra
Memasuki Jantar Mantar, turis asing dikenakan tiket seharga 100 Rupees atau sekitar Rp25.000 saja. Untuk si kecil yang masih berumur dibawah 15 tahun bahkan tidak dikenakan tiket. Begitu memasuki komplek Jantar Mantar, tersuguh di hadapan kami sederet bangunan dengan bentuk dan ketinggian berbeda. Ada yang melingkar, kotak, silinder, lengkung, berundak-undak dan bentuk unik lainnya. Semuanya didominasi warna merah bata.
Berada di sebelah kanan kami, terhampar Misra Yantra. Berbentuk seperti dua lambang cinta yang terbalik. Memiliki lima komponen utama dengan fungsinya masing masing, Samrat, Niyat Cakhra, Karka Nasivalaya, Western Quadran dan Dhaksinottara Bhitti.
Berdekatan dengan Misra Yantra berdiri dua tiang berbentuk silinder. Keduanya memiliki ketinggian yang berbeda. Dua pilar ini berfungsi untuk mengetahui hari terpanjang dan terpendek dalam setahun. Uniknya, di saat bulan Desember, bayangan tiang yang satu menutupi keseluruhan tiang lainnya. Sedangkan di bulan Juni, tidak terdapat bayangan sama sekali. Sederhana namun sangat bermakna.
Samrat Yantra
Setelah puas melihat-lihat bangunan pertama itu, kami pun melajutkan pada instrumen selanjutnya yaitu Samrat Yantra. Letak dasar instrumen ini berada lebih rendah dari permukaan tanah. Samrat yang berarti ‘Raja’ memang memiliki ukuran super besar dibandingkan dengan instrumen lainnya.
Dikenal sebagai Jam bayangan matahari berukuran jumbo, Samrat Yantra memiliki ketinggian 20,73 m, panjang dari timur ke barat 38,10 m dan dari utara ke selatan 34,6 m. Instrumen ini dilengkapi dengan puluhan anak tangga dengan kemiringan 45 derajat.
Seketika si kecil bertanya, “Is the astronout jet fly from here?“. Saya hanya tersenyum melihat antusiasmenya dan menjelaskan fungsinya secara sederhana. Pada dasarnya, fungsi dari Samrat Yantra adalah untuk mengukur waktu dalam sehari dengan akurat. Bahkan dalam hitungan setengah detik.
Jai Prakash Yantra
Bentuknya sangat kompleks. Memiliki lengkung setengah lingkaran yang berada di bawah permukaan tanah. Konon, instrumen ini dapat dipergunakan baik siang maupun malam.
Fungsi Jai Prakash Yantra adalah untuk menunjukkan posisi matahari pada saat melintas di garis khatulistiwa. Uniknya lagi, ada sebuah lubang di bawah struktur bangunan ini. Lubang ini hanya mendapat sinar matahari pada tanggal 21 Maret saja yakni menunjukkan musim semi di kota Delhi.
Ram Yantras
Dilihat dari luar, bentuknya mirip dengan Colosseum yang berada di Italia. Bangunan tipe terbuka yang menghadap ke langit. Berbentuk melingkar dilengkapi dengan sederet lengkung jendela mengeliling bangunan. Ada dua Ram Yantra yang ada di Jantar Mantar ini. Keduanya memiliki komponen yang sama di dalamnya. Dengan bentuk yang sangat unik dan artistik.
Tepat di tengahnya berdiri sebuah tiang berbentuk bulat. Tembok dan tiang dihubungkan dengan jajaran lantai yang memiliki skala ukuran yang sama. Jika diperhatikan, mirip dengan jeruji roda sepeda motor. Perbedaannya, satu Ram Yantra temboknya dikelilingi lengkung lubang, satunya lagi hanya separuhnya saja, setengah tembok tertutup tanpa lengkung jendela. Instrumen ini digunakan untuk mengukur ketinggian bintang yang setara dengan garis lintang dan bujur di bumi.
Jantar Mantar menjadi bukti bahwa India bukan hanya menyimpan peradaban sejarah yang panjang, melainkan juga warisan Ilmu pengetahuan yang kaya. Meskipun pada saat ini keberadaanya tidak dipergunakan lagi, tetapi kita patut memberikan penghargaan yang besar atas terobosan yang mereka lakukan di bidang astronomi di masa itu.
Bertandang ke Jantar Mantar, kita bisa belajar dan bermain. Setelah menelusuri setiap instrumennya, calon astronot kami mendapat kesempatan berlarian mengejar tupai dan burung di taman rerumputan hijau di komplek Jantar Mantar yang asri. Sebuah kunjungan yang menyenangkan dan mencerahkan!