Dalam komunikasi sering kali orangtua bertindak kurang bijaksana karena kebanyakan masih bersifat instruksional. Hambatan yang sering muncul adalah :
- Waktu. Minimnya waktu yang diberikan orangtua untuk berkomunikasi dengan anak tentunya menghambat proses komunikasi dua arah. Padahal dengan kecanggihan teknologi informasi saat ini, seharusnya orangtua tidak lagi mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan anak.
- Orangtua tidak menanggapi keluhan anak. Kebanyakan proses komunikasi menjadi tidak efektif, karena orangtua menganggap hal-hal yang dikeluhkan anak bukanlah hal yang penting. Adanya penolakan dari orangtua, membuat anak menjadi enggan bersikap terbuka pada orangtuanya.
- Terlalu banyak bicara, sedikit mendengar. Ada kalanya orangtua terlalu banyak bicara, memberikan perintah atau instruksi yang panjang sehingga anak tidak paham esensi dari pesan yang disampaikan oleh orangtuanya. Komunikasi dua arah seharusnya diimbangi dengan kemampuan untuk lebih banyak mendengar isi pesan, ide atau gagasan anak.
- Gadget dan TV. Di satu sisi, alat tersebut dapat memudahkan komunikasi, namun di sisi lain gadget dan alat elektronik dapat membuat keluarga menjadi kurang lekat apalagi jika ada anggota keluarga yang kecanduan.
Hindari ini….
- Terlalu banyak bicara dibanding mendengarkan keluhan, cerita, ide atau informasi yang disampaikan anak.
- Mengomel atau mengulangi kembali apa yang telah disampaikan, sangat tidak disukai anak. Apalagi jika orangtua senang mengungkit kembali cerita yang telah berlalu.
- Tidak mempercayai cerita anak. Hindari untuk memberikan komentar “ah, masa sih” atau “mama gak percaya.” Jika ingin mengklarifikasi, sebaiknya pilihlah kata-kata yang positif atau tidak menekan anak.
- Banyak memberikan interupsi ketika anak bicara, membuat anak merasa tidak nyaman. Bersikaplah bersabar dan dengarkan terlebih dahulu apa yang ingin disampaikan anak.
- Terlalu banyak kritikan. Anak yang sering dikritik, nantinya akan ragu-ragu dan kurang memiliki pendirian karena sering kali menerima kritikan. Bersikap sabarlah terhadap apa yang disampaikan anak.
- Minimalisasi adanya distraksi seperti gadget atau alat elektronik lain. Minim kontak mata akan mengurangi efektivitas komunikasi tatap muka.
Menghidupkan komunikasi
- Mulailah dari hal-hal yang ringan, yang disukai anak atau kegiatan harian yang dilakukan anak. Hindari untuk spesifik menanyakan mengenai akademik, karena pada beberapa anak hal itu sangat tidak menyenangkan untuk didiskusikan, apalagi jika selama ini orangtua tampak “cuek” dengan perkembangan mereka.
- Memperkuat jalinan komunikasi dengan memberikan perhatian pada hal-hal kecil, misalnya, “Jangan lupa makan ya Kak.” “Semangat sekolahnya ya, Kak.” “Mau dibawakan apa, sayang?”
- Memberikan pujian atau penghargaan terhadap hal-hal positif yang ia lakukan. Mulailah untuk memiliki waktu berkualitas 10-15 menit sebelum tidur di malam hari. Di pagi hari, orangtua juga memanfaatkan waktu yang singkat untuk berkomunikasi dengan anak.
- Untuk anak yang agak tertutup, simbolisasi berupa kartu ucapan, notes, gambar, dan lain sebagainya cukup efektif sebagai sarana membangun kembali komunikasi.
Mulailah dengan yang seru
Ini ide-ide menarik dan praktis yang bisa dilakukan orangtua yang mampu meningkatkan kualitas komunikasi.
- Bermain tebak-tebakan dapat dijadikan referensi untuk membantu orangtua dalam membangun komunikasi dengan anak.
- Bermain role playing atau bermain peran, menjadi dokterdokteran, guru, polisi dan lain sebagainya. Bermain peran dapat pula membantu anak untuk mengkomunikasikan ide atau isi pikirannya.
- Bernyanyi bersama dengan membagi bait atau nada antara orangtua dan anak. Dalam hal aktivitas memilih lagu, membagi suara dan bernyanyi bersama dapat mendukung orangtua dan anak menjalin komunikasi.
- Membuat simbol dengan gambar atau kata-kata positif. Hal ini bisa dilakukan dengan menyisipkan kartu ucapan di kotak makan anak, atau di bawah bantal tidurnya, di saku celana atau bisa juga di lekatkan pada area dimana anak sering beraktivitas.
- Menulis diary bersama. Hal ini bisa dilakukan jika anak sudah bersekolah, dimana kemampuan menulisnya sudah berkembang. Dengan menulis cerita atau mengungkapkan perasaan melalui diary maka hal-hal yang tidak dapat diekspresikan secara lisan dapat dituangkan secara tertulis.
Selamat mencoba!