[pullquote]Membaca, melihat, menonton konten yang bersifat pornografi memang dapat digunakan sebagai foreplay dalam hubungan suami-istri. Namun pornografi ternyata dapat menimbulkan kecanduan yang membuat kualitas hidup seseorang menjadi turun.[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]P[/dropcap]ara ahli banyak yang tak sependapat mengenai kata ‘kecanduan’ atau addiction dalam hal pornografi. Seperti yang disampaikan oleh Louanne Cole Weston, PhD., seorang terapis seksual, “Lebih cocok jika hal ini disebut sebagai dorongan (compulsion).” Namun memang tak bisa dipungkiri, ada beberapa hal dari masalah gandrung pornografi ini yang lebih mirip dengan kecanduan atau ketergantungan.
Mary Anne Layden, PhD, seorang psikolog dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat menyatakan bahwa penggunaan materi pornografi yang bermasalah ini memiliki kriteria patologis yang mirip dengan kecanduan judi atau pada zat terlarang. “Para terapis yang menangani pasien pengguna materi pornografi berlebih menyatakan bahwa pasien mereka memperlihatkan perilaku yang mirip dengan pasien ketergantungan lainnya.”
Ciri-ciri kecanduan pornografi
Baik laki-laki maupun perempuan dapat sama-sama mengalami kecanduan atau ketergantungan terhadap pornografi. Namun demikian, berdasarkan sebuah fakta yang disampaikan oleh FoxNews mengenai topik pornografi ini bahwa 75 dari 85% pengguna situs pornografi adalah laki-laki.
Jika Anda memiliki kecurigaan bahwa pasangan (atau mungkin orang terdekat Anda) mengalami hal-hal berikut ini, mungkin saja ia mengalami kecanduan pornografi!
- Pasangan semakin malas untuk bersosialisasi. Ia akan mengundurkan diri ke kamar saat ada tamu atau keluarga berkunjung, malas ikut acara kumpul-kumpul teman atau keluarga, bahkan tak ada inisiatif untuk mengobrol.
- Lebih sering Anda yang berinisiatif untuk berhubungan intim daripada dirinya. Anda merasa ia tak lagi tertarik untuk melakukan hubungan intim dengan Anda.
- Bersikap seperti ‘bukan dirinya’. Kondisi ini tidak hanya saat bercakap-cakap dengannya, tapi juga saat berhubungan intim. Ia bersikap kasar, kadang mengatakan hal-hal yang merendahkan saat berhubungan, bahkan Anda melihat tatapannya yang tidak terfokus pada Anda (melamun).
- Sering mengritik penampilan Anda. Pasangan yang biasanya menganggap Anda sempurna, tiba-tiba senang mengritik hal-hal yang berhubungan dengan penampilan seperti perut atau lengan Anda yang terlalu besar, rambut yang tidak rapi, kulit yang kurang halis dan lain sebagainya.
- Menghabiskan begitu banyak waktu di depan komputer atau laptop dan tidak ingin diganggu. Ia juga tidak mau Anda mendekat ketika sedang menonton sesuatu atau marah ketika Anda memintanya cepat-cepat menggunakan kamar mandi.
- Anda mulai menemukan banyak media berkonten pornografi seperti majalah dan DVD tersembunyi di berbagai tempat. Saat menggunakan komputer atau laptop Anda menemukan berbagai situs pornografi yang ‘seram-seram’ di internet browser history
Dampak buruk yang dapat terjadi
Kecanduan pornografi adalah hal yang serius karena dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Para pecandu pornografi begitu terfiksasi dengan imajinasinya sehingga sulit untuk dapat berfungsi dengan normal. Mereka seakan ‘terputus’ dari dunia nyata dan hanya ‘hidup’ dari satu rangsangan ke rangsangan lainnya. Melupakan tanggung jawab dan keluarganya.
Dalam hal hubungan suami-istri, kecanduan pornografi dapat membuat hubungan suami-istri berada di ujung jurang perpecahan. “Pasangan yang normal akan menggunakan materi pornografi sebagai alat untuk menumbulkan intimasi. Tapi bagi orang-orang tertentu, konten pornografi ini malah menjadi lebih penting daripada hubungan intim itu sendiri sehingga mereka tidak lagi tertarik pada pasangannya,” tutur Louanne lagi.
Sering kali, pasangan mereka juga tidak menyadari ada masalah sampai akhirnya kecanduan tersebut semakin parah. Padahal, semakin tinggi tingkat ketergantungannya, seperti juga pada ketergantungan yang lain, maka penderita akan semakin sulit diterapi untuk kembali normal.
Tak jarang pecandu rela mengeluarkan dana begitu besar untuk membeli atau mendapatkan konten pornografi yang mereka butuhkan. Bahkan ada pencandu yang melampaui batas peminjaman kartu kreditnya demi mendapatkan tayangan-tayangan pornografi. Konten ini umumnya digunakan sebagai alat untuk bermasturbasi (memberikan kenikmatan seksual pada diri sendiri).
Sebagai catatan, di internet saat ini tersedia sekitar 4 juta situs berkonten pornografi dan 68 juta pencarian situs porno dalam sehari! Hal ini menunjukkan bahwa kecanduan pornografi sudah semakin marak di seluruh dunia.
Bisakah disembuhkan ?
Jawaban dari pertanyaan ini tentu saja, YA. Namun langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengakui adanya problem kecanduan pornografi tersebut. Banyak terapis seksual atau psikolog yang dapat membantu para pecandu untuk menghilangkan kecanduannya.
- Berkonsultasi ke terapis atau psikolog saja tentunya tidak cukup. Kita atau pasangan yang mengalami kecanduan harus menerapkan disiplin tinggi agar dapat kembali ke kehidupan normal. Pecandu dapat mengikuti tahapan berikut:
- Mengikuti sesi terapi tanpa terpotong. Ini juga butuh kedisiplinan karena jika mengikuti tanpa sepenuh hati, maka terapi yang dilakukan juga tidak dapat berjalan maksimal.
- Mengurangi rangsangan dengan cara tidak terlalu sering membuka internet kecuali untuk bekerja. Jika perlu memasang aplikasi filter agar tidak tergoda untuk membuka situs pornografi.
- Mengikuti sesi dinamika kelompok bersama para pecandu lain. Jadi, selain dapat saling bertukar tip juga saling menyemangati untuk bisa melewati proses penyembuhan dengan lebih baik.
- Melakukan teknik ERP atau Exposure and Response Prevention. Caranya adalah dengan membiarkan diri terekspos pada tayangan pornografi namun segera mengabaikan secara total keinginan untuk terus melihatnya.
- Latih pernapasan agar dapat menurunkan detak jantung ketika mulai muncul rangsangan dalam diri.
Kunci kesembuhan dari segala kecanduan adalah disiplin dan kemauan keras untuk dapat mengatur emosi. Kenali gejalanya dan atasi segera sebelum terlalu parah.