[pullquote]Menjadi orangtua seharusnya tak menjadikan urusan “kamar” dengan pasangan menjadi terganggu atau malas sama sekali. Tapi, kalau si kecil maunya masih nempel terus di tengah-tengah kasur bagaimana, ya ?[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]S[/dropcap]atu tempat tidur dengan anak memang ada baiknya. Kedekatan antara anak dengan orangtua jadi lebih tercipta, karena orangtua cenderung lebih sensitif ketika anak malam-malam mengompol atau membutuhkan ASI. Namun ketika anak sudah semakin besar, bukan saja tempat tidur yang menjadi sempit, tidur bersama juga memberikan berbagai kerugian buat orangtua dan anak.
Kerugian orangtua
Kerugian buat orangtua bukan hanya karena tidur yang kurang nyenyak akibat tempat tidur yang semakin sempit. Padahal tidur yang kurang berkualitas berpengaruh terhadap stabilitas mood dalam mengasuh anak, juga terhadap kemampuan kognitif seperti konsentrasi dan daya ingat. Orangtua juga semakin sulit melakukan hubungan seksual tanpa ketahuan oleh anak.
Bayangkan jika sepertiga tempat tidur dikuasai anak (bahkan lebih!), kurang leluasa kan untuk melakukan manufer mesra. Belum lagi anak mungkin terbangun ketika kasur bergoyang atau orangtua mengeluarkan suara-suara yang wajar terdengar saat melakukan hubungan seksual. Padahal hubungan seksual adalah salah satu cara suami-istri merekatkan kemesraan, dan kemesraan antara suami-istri adalah dasar penting dalam kehidupan sebagai orangtua. Penelitian bahkan menyebutkan bahwa ayah yang mengalami kepuasan dalam pernikahan (fathers marital satisfaction) cenderung lebih mau terlibat dalam pengasuhan anak (Lee & Doherty, 2007).
Kerugian anak
Jangan salah, anak pun mengalami kerugian lho ketika terus tidur bersama orangtua. Anak cenderung terlalu dekat ke orangtua biasanya ibu dan kedekatan yang terlalu lekat cenderung membuat anak kurang percaya diri serta merasa cemas tak bisa tidur sendiri jika tanpa ditemani. Anak juga kurang mandiri, karena butuh bantuan untuk bisa tidur.
Masalahnya kepercayaan diri dan kemandirian adalah dasar dari banyak kemampuan psikologis, sehingga pengaruhnya dapat meluas ke area perkembangan psikologis lain. Anak yang sudah besar terkadang juga mengalami kesulitan bergaul, cenderung tak berani menginap di rumah orang lain, juga kesulitan mengikuti acara sekolah yang menggunakan acara menginap.
Kapan tidur sendiri?
Umur berapa anak bisa tidur sendiri? Sebetulnya sejak bayi anak bisa tidur sendiri, artinya ia tidur di tempat tidurnya sendiri, yang bisa saja terletak di kamar orangtua. Di usia ini masih boleh kok tidur satu tempat tidur dengan orangtua agar lebih mudah menyusui atau menggantikan popok di malam hari. Jika berpisah kamar di usia bayi, usahakan ada orang dewasa yang menemani si bayi, agar bayi cepat dipenuhi kebutuhannya.
Supaya proses berpisah kamar bisa lebih mulus, tentunya ayah dan ibu perlu sepaham kapan persisnya akan dilakukan. Diskusikan kapan waktu yang paling tepat. Ingat, jangan hanya mempertimbangkan kebutuhan anak saja. Kebutuhan suami-istri juga perlu diutamakan.
Kapan lebih aman pisah kamar dengan anak? Saat paling nyaman adalah sekitar usia 2-3 tahun, setelah stabil dengan fase menyapih, dan tidak dalam fase menunggu kelahiran adik atau adik baru saja lahir. Mengapa? Usia sekitar 1.5-2 tahun, anak lebih menyadari bahwa dirinya terpisah dengan orangtuanya, iapun memasuki tahap perkembangan emosional Autonomy vs Shame and Doubt, mandiri vs malu dan ragu.
Anak yang masih disusui cenderung sulit menjauh dari ibu, namun kalau sudah beberapa lama selesai disapih, ia dapat lebih mandiri. Adanya adik adalah perubahan besar dalam hidup anak, sehingga rentan menimbulkan stres, kasihan sekali kalau dalam fase penuh tekanan tersebut anak diharuskan pisah kamar apapun alasannya, akan bertambah stres dan sulit pisah. Lakukan pisah kamar jauh sebelum ibu hamil, atau tunda sampai adik cukup umur untuk sekaligus pisah kamar bersama.
Tip agar anak tidur di kamarnya
- Pisah tempat tidur secara bertahap. Jika selama ini anak di tempat tidur yang sama, maka anak bisa diberi tempat tidur sendiri, dan masih di dalam kamar orangtua.
- Belajar tidur sendiri tanpa digendong atau dipeluk. Boleh digendong dulu, tapi ketika ia mulai mengantuk, sebelum jatuh tertidur, rebahkan dulu di tempat tidur dan ditemani. Boleh kok sambil dibelai.
- Ajak anak membereskan dan mendekorasi kamarnya. Usahakan memenuhi elemen dekorasi yang diinginkannya. Contohnya seprai, bantal, boneka, lukisan, foto, dll. Tidak berarti Anda harus memberikan barang mahal. Boleh lho tawarannya dinegosiasi menjadi sesuatu yang lebih terjangkau.
- Berulangkali, sebutkan bahwa kamar tersebut akan menjadi kamarnya. Ceritakan apa saja keuntungan yang akan ia dapat, misalnya ia boleh menentukan di mana akan membaca buku, di mana akan menaruh mainan, dll.
- Anda tidak harus terus memperhatikan ketakutannya. Jika berlebihan, boleh kok sedikit mengabaikannya. Yakinkan bahwa hal-hal buruk hanya akan terjadi sebentar di awal, tapi setelahnya ia akan merasakan banyak keuntungan.
- Lakukan teknik kalender. Kenalkan cara membaca kalender, misalnya hari ini tanggal 3, besok tanggal 4, lusa tanggal 5. Setelah mampu membaca kalender (biasanya setelah dikenalkan berulangkali), tentukan bersama tanggal berapa anak akan pindah tidur ke kamarnya sendiri. Misalnya tanggal 20. Tentukan apa saja yang akan terjadi di tanggal 20 itu, contohnya ibu dan ayah akan membacakan dongeng bergantian, lalu setelah ia tidur, baru ditinggalkan. Bicarakan ini berulang-ulang di hari-hari sebelumnya. Ketika tiba tanggal yang ditentukan, lakukan apa yang telah ditentukan itu. Kalau sudah