[pullquote]Orangtua perlu mengajak bicara anak soal pelecehan seksual, agar anak memahami mana perlakuan yang tidak semestinya ia terima. Tapi, bagaimana ya menyampaikannya ?[pullquote]
Belakangan ini kita dikejutkan berita pelecehan seksual seorang anak usia 6 tahun di sebuah sekolah internasional di Jakarta. Sedihnya lagi, kasus ini terjadi di tempat yang seharusnya menjadi tempat yang aman, yaitu di sekolah. Peristiwa ini membuat banyak orangtua semakin khawatir atas keselamatan anak-anaknya.
Mencermati berita di televisi atau media lainnya, sebagian kasus pelecehan seksual justru dilakukan orang yang dikenal oleh korban. Meski demikian, banyak cara yang dapat dilakukan sebagai tindakan preventif terhadap pelecehan seksual. Salah satunya dengan membicarakan langsung dengan anak-anak. Untuk itu, orangtua perlu kiat khusus tanpa harus membuat anak semakin bingung atau takut. Bagaimana membahas isu sensitif ini kepada anak-anak ?
Dimulai sedini mungkin
Ternyata, bisa kok, membahas isu-isu yang berat seperti pelecehan seksual dengan anak-anak. Bahkan sejak usia mereka masih dini. Hal itu menghindari kemungkinan mereka mendengar informasi yang keliru, terutama dari sumber yang kurang dapat dipercaya. Pembahasan tentang masalah tersebut harus disesuaikan dengan usia anak. Misalnya untuk anak usia 4 tahun, Anda dapat memulainya dengan penjelasan ini adalah penis atau vagina, sama halnya dengan ketika mengajarkan tentang ini adalah hidung, mata atau bibir.
Semakin besar usia anak, penjelasan yang diberikan tentang hal-hal yang terkait dengan masalah seksual juga dapat dikembangkan. Jean Piaget, salah seorang ahli di bidang psikologi menyebutkan bahwa pada dasarnya anak-anak mulai mengalami ketertarikan terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya, namun belum mampu memahami hal itu secara utuh. Mereka masih melibatkan hal-hal yang bersifat kongkrit dalam upaya mendapat jawabannya.
Meski demikian, semakin bertambah usia anak, ketertarikan dan pemahaman mereka akan hal yang bersifat abstrak dan logis juga meningkat. Para ahli percaya, memperkenalkan masalah pelecehan seksual pada anak-anak sejak dini dapat membuat mereka percaya diri, dan merasa aman karena mereka memahami masalah yang dihadapi, serta membantu anak-anak belajar untuk mencari alternatif pemecahan.
Cari peluang untuk membicarakannya
Jika anak anda sudah menanyakannya, jangan mengabaikan pertanyaan yang diberikan, misalnya dengan mengatakan bahwa masalah itu adalah masalah orang dewasa. Mengapa demikian? Karena ketika anak sudah mulai bertanya, maka saat itu merupakan moment emas bagi anda untuk menjawabnya. Jika perlu, jangan tunggu mereka bertanya. Ciptakan suatu peluang atau kesempatan dengan meminta mereka mengungkapkan apa yang mereka lihat, dengar atau pikirkan tentang suatu kejadian.
Salah satu waktu untuk memberi pemahaman tentang pelecehan seksual adalah ketika memandikan anak (jika si kecil masih balita). Sambil memandikan mereka, tekankan bahwa tubuhnya adalah miliknya sepenuhnya dan tidak seorangpun (termasuk orangtua dan pengasuh anak) boleh menyentuhnya, terutama di bagian tertentu (seraya disebutkan atau ditunjukkan bagian mana yang tidak boleh disentuh). Katakan bahwa ketika masih kecil, orangtua boleh memegang bagian tersebut, misalnya saat mengganti popok atau membersihkan saat mereka buang air kecil/besar. Dokter atau tenaga medis boleh memegang dan memeriksa bagian tersebut mana kala anak sakit. Penjelasan ini membantu anak memahami siapa saja yang bisa menyentuh bagian intimnya.
Menjelaskan dengan cara yang sederhana
Seringkali, ketika anak-anak dijelaskan atau dilarang melakukan sesuatu hal, mereka justru mempertanyakan larangan tersebut. Anda dapat menjelaskan mengapa bagian tubuh tersebut terlarang untuk diperlihatkan atau disentuh orang lain. Misalnya dengan mengatakan bahwa bagian itu adalah bagian yang sangat pribadi, atau karena budaya kita menganggap bahwa melihat bagian tubuh tertentu atau menyentuh bagian tubuh yang pribadi milik orang lain tidak sopan.
Anda juga dapat menjelaskan bahwa jika ada orang yang memaksa anak membuka pakaian atau menyentuh bagian tubuh yang terlarang, maka hal itu sudah termasuk sebagai tindakan yang tidak baik, karena artinya orang tersebut tidak menghormati kita. Untuk anak yang lebih besar (9 tahun ke atas) jelaskan bahwa tindakan itu tergolong pelecehan seksual. Tentunya sambil menjelaskan apa itu pelecehan seksual. Selain itu, ajarkan anak untuk tidak menerima pemberian apapun dari orang yang tidak ia kenal, serta pergi ke tempat asing atau sepi tanpa adanya teman atau orang dewasa yang ia percaya untuk menemani.
Ajarkan pada anak untuk segera memberitahukan pada orang yang dipercaya
Tekankan pada anak, bahwa ia harus segera memberitahu orang yang dipercaya (baik di rumah maupun sekolah), jika ada yang mencoba melihat bagian tubuhnya yang seharusnya tidak boleh dilihat orang lain, atau apabila ada seseorang yang mencoba menyentuhnya. Namun sebelum melakukan itu, bantulah anak Anda, untuk mengidentifikasi siapa saja orang-orang yang dapat dipercaya itu, misalnya orangtua, kakek/nenek, guru, atau kepala sekolah.
Yakinkan bahwa “kamu akan baik-baik saja”
Kadangkala, pembicaraan mengenai isu-isu penting yang dipertanyakan oleh anak-anak membuat mereka merasa takut dan cemas terutama jika hal itu terkait dengan isu pelecehan, termasuk kekerasan seksual. Oleh sebab itu, tekankan bahwa Anda akan melindungi mereka sehingga mereka akan aman. Selain itu, Anda juga dapat mendiskusikan cara-cara menyelamatkan diri dalam situasi tersebut sebagai upaya melindungi diri.
Katakan pada anak, bahwa rahasia mereka akan aman jika diceritakan pada orangtua
Satu hal yang penting, mintalah anak untuk menceritakan apa yang ia alami sehari-hari termasuk ‘rahasia’ mereka kepada Anda dan yakinkan bahwa rahasia itu aman jika dibagi dengan orangtua. Katakan juga bahwa Anda akan mempercayai mereka jika mereka mengatakan bahwa ada orang yang berusaha atau telah menyakitinya, dan Anda akan melindunginya. Hal ini penting, karena kebayakan pelaku pelecehan seksual akan mengatakan pada korbannya bahwa tidak akan ada orang yang percaya omongan anak-anak, atau mereka justru mengancam korbannya untuk tidak menceritakan hal itu pada orang lain.
Bersikap santai
Pada umumnya, anak-anak enggan menceritakan masalah mereka pada orangtuanya karena mengganggap orangtua akan menceritakan kembali ke orang lain, panik atau bahkan memarahi mereka. Karenanya, tetaplah bersikap tenang meski cerita yang mereka ungkapkan sangat mengejutkan Anda. Para ahli percaya bahwa bagi anak-anak, respon Anda jauh lebih penting daripada apa yang Anda pikirkan tentang cerita yang Anda dengar.
Sediakan waktu untuk berdiskusi
Upayakan untuk meluangkan waktu bersama keluarga dan duduk bersama mendiskusikan hal-hal penting. Pastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan berbicara dan pendapatnya dihargai. Dorong anak, agar ia mau mengungkapkan perasaannya. Anda dapat memanfaatkan waktu makan malam bersama, minum teh, jalan-jalan atau ngobrol sebelum tidur untuk mendiskusikan suatu masalah dengan santai.
No Comments
Saya mengerti.. tapi saya tidak bisa memperaktekan ..