[pullquote]Keluarga dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah keluarga dengan begitu banyak tantangan. Jika kita cukup jeli memerhatikan kebutuhan mereka, kita pun dapat memberikan bantuan yang berharga untuk mereka.[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]M[/dropcap]emiliki anak dengan kebutuhan khusus bukanlah hal yang sering dibayang-bayangkan oleh orangtua manapun. Kala kenyataan mengharuskan mereka untuk berhadapan dengan anak-anak spesial ini, ada sebagian dari diri mereka yang seakan ‘tercerabut’ dari akarnya. Mereka telah melewati semuanya, dari mulai penolakan dalam hati, amarah karena merasa telah melakukan sesuatu yang ‘salah’, hingga akhirnya berusaha menerima dengan lapang dada.
Perjalanan panjang yang dilalui oleh para orangtua dengan ABK tak akan mudah dimengerti oleh orangtua lain dengan anak-anak normal. Kecuali jika dalam keseharian mereka terbiasa berhubungan dengan ABK, seperti dokter, terapis, atau ada anggota keluarga yang memiliki ABK. Melihat betapa besar usaha yang dilakukan orangtua ABK untuk memberikan dukungan pada anak-anaknya, hendaknya kita pun tak keberatan untuk mengulurkan tangan. Percaya atau tidak, dukungan kita akan sangat berharga untuk mereka.
Takut menyinggung perasaan
Sebagian besar orang yang dekat dengan keluarga dari ABK adalah rasa takut bahwa tanpa sengaja dapat menyinggung perasaan mereka. Sebenarnya, kita tidak perlu takut akan hal ini. Kebanyakan orangtua dengan ABK justru terbuka mengenai kondisi anaknya dengan orang lain. Misalnya seberapa sulit anaknya saat sedang tantrum, apa kekurangan dan kelebihan anak dan apa yang harus dilakukan saat anak sedang dalam kondisi terburuknya.
Jika kita merasa tegang atau kaku, maka orang lain pun akan merasakan hal yang sama. Hindarilah mengatakan hal-hal yang ‘klise’ seperti, “Nanti dia juga akan baik-baik saja,” atau “Kita harus kuat menghadapi cobaan,” dan lain sebagainya. Orangtua dari ABK hanya ingin ditanggapi biasa-biasa saja. Tak perlu merasa kasihan bahkan tak mampu melihat wajah anak mereka. Bersikap dan berkomunikasilah dengan normal, mereka akan sangat menghargai hal ini.
Berikan perhatian penuh dari Anda
Seperti juga untuk hal-hal lainnya, bersikap berlebihan malah dapat berakhir dengan malapetaka. Tak perlu membanjiri mereka dengan hadiah setiap kali bertemu atau mentraktir habis-habisan seakan ingin mengobati perasaan terluka. Yang mereka harapkan adalah perhatian dari kita sebagai orang yang dekat dengan mereka. Sentuhan, perhatian, dan telinga untuk mendengarkan keluh kesah mereka, inilah yang biasanya justru lebih efektif dan berarti dalam hal memberi dukungan pada keluarga dengan ABK.
Ada seorang ibu dari anak dengan spektrum autisme yang mengatakan bahwa 24 jam dalam sehari pun rasanya tidak cukup! Ya, dengan begitu ketatnya jadwal sehari-hari, sejak anak bangun hingga tidur kembali, kebanyakan orangtua dari ABK kadang tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. Berikan mereka kesempatan untuk menikmati waktu pribadi dengan mengambil alih beberapa tugas mereka sehari-hari.
Apa saja yang bisa ditawarkan ?
Ada begitu banyak bantuan yang dapat diberikan untuk orangtua dari ABK. Berikut adalah beberapa diantaranya:
1. Menjaga anak
Jika Anda cukup dekat dengan keluarga ini, bahkan dengan anak mereka, tawarkan untuk sesekali menjaga anak tersebut. Tentunya Anda harus mencatat semua kebiasaan dan kebutuhan anak agar tidak terjadi insiden yang malah akan merepotkan.
2. Membawakan makanan
Mengurus ABK memang sering kali menguras tenaga dan pikiran orangtua, terutama ibu yang biasanya selalu mendampingi anak. Dengan membawakan makanan, setidaknya ada satu kebutuhan di rumah tersebut yang tak perlu lagi dipikirkan oleh ibu.
3. Membantu membersihkan rumah
Rumah yang berantakan adalah pemandangan yang biasa ditemukan dari keluarga dari ABK. Jika Anda memang cukup dekat dengan keluarga ini, tak perlu menunggu undangan. Bantulah mereka membereskan ruangan yang berantakan tersebut kala mereka sedang sibuk dengan si anak.
4. Ajak ke luar rumah
Seringkali orangtua dengan ABK tidak sempat memikirkan hal lain selain mendampingi anak setiap hari. Ajaklah ayah atau ibu dari ABK untuk sesekali menikmati waktu yang menyenangkan di luar rumah. Namun sebelumnya, pastikan dahulu bahwa anak aman dalam pengawasan seseorang/ pengasuh.
5. Bersikap terbuka dan penuh pengertian
Tak jarang, orangtua dari ABK mengalami tekanan dalam melakukan tanggung jawab mereka mengasuh si kecil. Biarkan mereka menceritakan apa yang terasa di hati dan dengarkan saja. Mereka tidak membutuhkan nasehat panjang lebar, hanya telinga untuk mendengar dan sesekali bahu untuk bersandar.
6. Teleponlah sewaktu-waktu
Jika kita tinggal dekat dengan mereka, ingatlah untuk sesekali menelepon untuk menawarkan bantuan. Misalnya membelikan mereka beberapa barang keperluan sehari-hari, makanan, atau obat-obatan. Bisa juga hanya untuk mengetahui keadaan mereka hari itu. Ingat, jangan terlampau sering karena hal ini malah akan mengganggu.
7. Mau mengenal dan memahami si anak
Anak dengan kebutuhan khusus biasanya sangat sensitif terhadap perasaan orangtuanya, begitu juga orang lain yang mereka temui. Jika kita mau meluangkan waktu untuk menyapa si anak, mendengarkan ibu atau ayahnya bercerita tentang betapa menyenangkannya ia atau segala hal yang telah berhasil ia capai, maka Anda telah mendapatkan tempat istimewa pula di hati mereka.
Yang terpenting adalah sikap Anda saat berhadapan dengan mereka. Jangan menghindar dari topik ABK tapi juga jangan hanya membahas hal tersebut terus menerus. Sikap netral adalah yang terbaik yang bisa Anda perlihatkan pada keluarga dengan ABK.
Jika Anda Orangtua dari ABK
Menjadi orangtua ABK memang bukan hal yang mudah, namun akan lebih mudah lagi jika Anda melakukan hal sebagai berikut :
- Mau menerima uluran tangan orang lain. Akui saja saat Anda merasa lelah kala beberapa hal berjalan lebih ‘berat’ dari biasanya.
- Bersikap terbuka dengan orang lain agar mereka pun bisa mengerti apa yang telah Anda lalui selama ini.
- ABK adalah anak yang istimewa, biarkan orang lain melihat seberapa istimewa dan berharganya ia untuk Anda.
- Melakukan kegiatan lain selain mendampingi anak. Selain bekerja, Anda juga tetap butuh berkumpul dengan teman-teman untuk sekadar ngopi atau ngobrol bersama.
Lakukan hobi yang menyenangkan. Ini akan membuat energi Anda yang telah terserap kala mendampingi anak seperti di-recharge lagi.