[pullquote]Benarkah anak yang kurang minum bisa terkena sakit ginjal ?. Benarkah sering menahan buang air kecil menyebabkan gangguan ginjal ? Banyak pendapat yang beredar di masyarakat perlu diluruskan.[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]T[/dropcap]idak sesederhana itu menjawab apakah kurang minum berhubungan dengan sakit ginjal, karena sakit ginjal sebenarnya tak hanya berhubungan dengan kurang minum. Sakit ginjal bisa bersifat sementara tanpa efek berbahaya bisa pula bersifat jangka panjang menyebabkan kerusakan ginjal yang menetap. Beberapa bisa dicegah, ada pula yang merupakan penyakit ginjal berat yang terlambat diketahui.
Meskipun angkanya sedikit, anak bisa mengalami penyakit ginjal terminal yang ditandai dengan fungsi ginjal yang sangat menurun. Akibatnya, diperlukan terapi pengganti ginjal atau “cuci darah.” Seperti apa penyakit ginjal itu ?
Mengupas fungsi ginjal
Ginjal berbentuk seperti kacang, dengan ukuran sekepalan tangan. Ginjal berfungsi membuang racun tubuh termasuk kelebihan cairan dalam bentuk urin. Selain fungsi pembuangan, ginjal juga memiliki fungsi hormonal yaitu memproduksi eritropoetin, suatu zat yang penting untuk pembentukan sel darah merah. Fungsi lain yang tak kalah penting adalah mengatur tekanan darah hingga tetap normal dan mengatur metabolisme tulang.
Bila fungsinya terganggu, tentu pembuangan cairan pun terganggu, akibatnya anak menjadi bengkak. Anak juga bisa terserang anemia, dan memiliki tekanan darah yang tinggi.
Cairan yang keluar dari ginjal akan dialirkan dalam saluran yang disebut ureter menuju ke kandung kemih. Bila kandung kemih penuh, anak akan merasakan keinginan untuk buang air kecil.
Mitos atau fakta ? Menahan buang air kecil bisa menyebabkan sakit ginjal
Fakta. Kebiasaan menahan buang air kecil secara tak langsung menyebabkan tertahannya urin di dalam kandung kemih. Lama kelamaan hal ini bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Infeksi ini bisa saja berasal dari saluran kemih bagian bawah yang kemudian naik hingga menyerang ginjal. Termasuk di dalamnya adalah kecilnya lubang uretra (fimosis) yang bisa menyebabkan infeksi pada bayi-bayi kecil. Tidak semua infeksi saluran kemih ini menyebabkan sakit ginjal, tetapi bisa meningkatkan faktor risikonya.
Mitos atau fakta? Kurang minum bisa mengganggu fungsi ginjal
Fakta. Kurang minum yang bisa mengganggu fungsi ginjal adalah yang menyebabkan dehidrasi. Kondisi ini bisa terjadi akibat asupan yang kurang, misalnya anak kekurangan minum dalam jangka panjang, kondisi kekeringan, atau anak tak mau makan atau minum. Sebaliknya, bisa juga karena tidak diimbangi asupan yang cukup. Contohnya adalah saat anak terkena diare, demam tinggi, atau sakit berat. Bila berkelanjutan atau berulang, fungsi ginjal yang awalnya bisa kembali normal bisa turun menetap. Fungsi ginjal yang menurun akibat dehidrasi jarang berkelanjutan bila penyebabnya telah diatasi.
Mitos atau fakta? Kaki bengkak gejala sakit ginjal
Fakta. Kedua kaki bengkak, kelopak mata yang bengkak, hingga seluruh tubuh tampak bengkak merupakan salah satu gejala sakit ginjal. Mengapa begitu? Bengkak merupakan petanda adanya kekurangan protein dalam darah. Padahal protein ini berguna untuk menahan cairan dalam pembuluh darah. Akibat kekurangan protein, air akan masuk ke jaringan menyebabkan bengkak. Ini disebabkan fungsi “saringan” ginjal di glomerulus yang terganggu (istilah awam disebut ginjal bocor) hingga protein terbuang lewat urin.
Penyakit ginjal vs gagal ginjal
Gagal ginjal artinya ginjal telah dinyatakan gagal berfungsi. Gagal ginjal bisa bersifat akut yang dapat pulih bisa pula kronik. Gagal ginjal yang kronik bisa berakhir pada cuci darah rutin. Pada beberapa kejadian, gagal ginjal akut juga mungkin membutuhkan cuci darah tetapi tidak selamanya.
Penyakit yang mengenai ginjal tidak selalu menyebabkan gagal ginjal. Tetapi sebagian besar gagal ginjal terjadi akibat penyakit ginjal. Pada anak, kita mengenal dua macam penyebab, yaitu penyebab bawaan atau penyebab yang didapat.
Pada usia dari lahir hingga empat tahun, kelainan bawaan merupakan penyebab utama gagal ginjal. Sedangkan pada usia 5-14 tahun, kegagalan ginjal paling sering disebabkan penyakit keturunan, sindrom nefrotik, ataupun penyakit sistemik. Pada usia 15-19 tahun, penyebab paling sering adalah penyakit glomerulus, sebaliknya penyakit bawaan jarang sebagai penyebab.
Beberapa kelainan ginjal
- Cacat bawaan : Bayi bisa terlahir dengan satu ginjal, dua ginjal namun salah satunya tidak berfungsi, atau terlahir dengan ginjal di lokasi perut yang tidak normal. Selama ada salah satu ginjal yang berfungsi baik, anak ini bisa hidup sehat namun beberapa berisiko mengidap sakit ginjal di kemudian hari.
- Penyakit keturunan : Beberapa anak memiliki ginjal dengan banyak kista (polycystic kidney disease), atau penyakit Alport yang ditandai kelebihan kolagen pada glomerulus.
- Infeksi : Infeksi sistemik bisa menyebabkan ginjal terkena dampak misalnya sindrom uremik hemolitik atau infeksi glomerulus akibat kuman streptokokus.
- Sindrom nefrotik : Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala yang menunjukkan kerusakan ginjal. Gejalanya terdiri dari adanya protein dalam urin, hiperlipidemia, bengkak, protein kurang dalam darah, bisa disertai tekanan darah tinggi.
- Penyakit sistemik yang disertai kelainan ginjal : misalnya anak yang sakit lupus.
- Sakit ginjal akibat kejadian sistemik : penyakit ginjal bisa disebabkan bila seorang anak mengalami dehidrasi berat, perdarahan, kecelakaan berat, atau menjalani operasi yang menyebabkan tekanan darah menjadi turun. Akibatnya aliran darah ke ginjal juga menurun dan ginjal kekurangan oksigen. Ini sering terjadi pada gagal ginjal akut. Mengatasi penyebabnya bisa pula mengatasi kelainan pada ginjalnya.
- Gangguan pembuangan urin : Jika pengeluaran urin terganggu misalnya karena ada batu, benturan di saluran kemih, tumor yang menekan, urin bisa balik kembali ke ginjal yang disebut refluks. Lama kelamaan sumbatan ini bisa mengganggu fungsi ginjal. Sumbatan juga bisa menyebabkan stasis urin yang akhirnya menyebabkan infeksi. Ini pun bisa merusak fungsi ginjal.