[quote type=”center”]Tak perlu khawatir ber-KB bila ibu menyusui. Sebagian jenis KB aman untuk bayi dan tak akan memengaruhi ASI. Tengok saja, metode LAM–menyusu sebagai suatu metode KB. Pada akhirnya ber KB disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan ibu.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]Y[/dropcap]uk, kita kenali satu persatu cara berkontrasepsi yang sudah ada di pasaran, dan bagaimana kaitannya dengan menyusui.
# Pil KB
Pil KB kombinasi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron tidaklah dianjurkan untuk ibu menyusui karena mengurangi produksi ASI. Bila Anda tak cocok dengan cara KB yang lain sedangkan Anda menyusui, lebih baik memilih pil KB yang hanya mengandung turunan hormon progesteron (mini pil). Sebuah studi menunjukkan mini pil tidak memengaruhi ASI dibandingkan pil kombinasi. Efek kontrasepsi mini pil yang lebih lemah bisa dibantu dengan pemberian ASI eksklusif. Dan bila ibu sudah berhenti menyusui, baru bisa menggantinya dengan pil kombinasi.
# KB suntik atau implant
Karena hanya mengandung hormon turunan progesteron, KB suntik pada prinsipnya sama dengan mini pil. KB suntik memiliki efek lebih panjang dan disuntikkan pada periode tertentu saja (satu bulan atau 2-3 bulan). Konon, saat penyuntikan dengan dosis tinggi, hormon yang masuk ke ASI akan meningkat, namun menurut studi hal ini tidak merugikan si bayi.
KB implant merupakan jenis KB hormonal yang bersifat jangka panjang. KB dilakukan dengan memasukkan sejenis selongsong berisi hormon ke bawah kulit, dan akan diambil bila ibu menginginkannya atau setelah lima tahun. Efeknya sama dengan KB suntik.
WHO menyarankan ibu yang menyusui eksklusif mulai memakai kontrasepsi berisi hormon turunan progesteron ini 6 minggu setelah melahirkan.
# AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Sampai saat ini, AKDR atau orang awam sering menyebut sebagai spiral, menjadi pilihan pertama untuk ibu yang masih menyusui tapi tidak memenuhi syarat metode LAM namun belum ingin kontrasepsi mantap. Selain keluhan yang minimal, AKDR tidaklah berpengaruh pada ASI karena bekerja secara lokal di dalam rahim. Pemasangan AKDR tidak perlu menunda waktu, bisa dilakukan pada akhir nifas. Sebab, bila diberikan lebih awal, risiko AKDR untuk terlepas (ekspulsi) lebih besar.
# Metode kontrasepsi lain
Beberapa ibu memilih untuk mengombinasi ASI eksklusif dengan metode KB sederhana seperti kondom, diafragma, atau senggama terputus. Kedua metode ini akan saling melengkapi selama proses menyusui dilakukan dengan benar. Ingatlah untuk mengganti metode KB bila ibu tak lagi menyusui secara eksklusif karena metode-metode ini memiliki efektifitas yang rendah.
Pada ibu yang tak ingin punya anak lagi, kontrasepsi mantap (mengikat saluran rahim) bisa dilakukan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Kontrasepsi mantap juga bisa dilakukan pada pasangan dengan mengikat saluran sperma.
Boks: Pilihan terbaik KB saat menyusui
- Bila sudah tak ingin punya anak lagi, lakukan kontrasepsi mantap
- AKDR
- Suntik KB depoprovera
- KB implant
- Mini pil atau cara sederhana lain
Pil kombinasi adalah pilihan terakhir, digunakan bila ibu tak lagi menyusui atau anak sudah diberi makanan padat. Pilihlah yang kandungan estrogennya rendah.
Metode LAM, alternatif untuk ibu yang menyusui eksklusif
Akhir-akhir ini metode LAM (Lactational Amenorrhea Method) atau metode amenorhea laktasi yaitu menggunakan menyusui sebagai cara ber-KB yang efektif semakin mendapat perhatian para ibu. Selain aman untuk si kecil, murah, keberhasilan tinggi, juga akan merangsang ibu untuk menyusui eksklusif. Namun ada syarat-syaratnya agar berhasil.
Tiga pertanyaan awal untuk menentukan apakah LAM ini akan berhasil atau tidak
- Apakah ibu sudah haid ?
- Apakah ibu memberikan susu atau makanan selain ASI ?
- Apakah bayi berusia lebih dari 6 bulan
Jika jawabannya adalah tidak, metode ini efektif sebagai alternatif kontrasepsi untuk ibu menyusui. Jika jawabannya ya, sebaiknya ibu menggunakan metode KB lain untuk mencegah kehamilan (AKDR atau pil progestin).
Jika ibu menyusui eksklusif dan memilih metode LAM sebagai alat kontrasepsi, penggunaan alat kontrasepsi dapat dipertimbangkan setelah anak mulai diberi makanan tambahan dan frekuensi menyusu makin berkurang. Apalagi jika ibu sudah haid meski bayi belum berusia enam bulan.