[quote type=”center”]Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada kehamilan ibu kurang dari 36 minggu. Semua bayi prematur membutuhkan perawatan khusus, tetapi tidak semuanya perlu dirawat di ruang rawat intensif.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]B[/dropcap]ayi yang lahir sebelum waktunya memiliki organ tubuh yang belum siap untuk hidup “terlepas” dari rahim. Semua ahli berupaya untuk menciptakan lingkungan yang amat mirip dengan rahim dan mencukupi kebutuhan demi mengejar pertumbuhan yang belum lengkap.
Kekuatan otot bayi prematur masih lemah dan ia tidak banyak bergerak. Mereka juga lebih mudah kekurangan kalsium dan zat besi, mudah kedinginan, mudah gangguan napas, juga kadar gula darah yang lebih mudah turun. Kulitnya masih sangat merah dan keriput, kepalanya tampak lebih besar dibanding tubuhnya, tulang kepalanya teraba lunak, dan mereka lebih mudah menjadi kuning. Karena berbagai kekurangannya, bayi prematur memerlukan bantuan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, itulah mengapa ia butuh perawatan khusus.
Bila bayi mungil Anda sudah mampu menetek, tidak ada komplikasi, dan berat badannya sudah naik secara stabil, ia bisa pulang bersama Anda.
# Bayi prematur, organ tubuh belum siap
Pada dasarnya, bayi prematur belum siap dilahirkan sehingga semua organnya belum cukup “matang”. Ia bisa mengalami berbagai gangguan mulai dari pernapasan, sistem imunitas, regulasi suhu, refleks, dan pencernaan.
- Pernapasan: Karena paru-parunya belum matang, bayi prematur mudah mengalami kesulitan bernapas.
- Sistem imun: Sistem imun yang belum berkembang baik belum dapat melawan kuman hingga risiko infeksi pada bayi prematur lebih besar dibanding bayi yang lahir normal
- Pengaturan suhu: Pengontrolan suhu bayi prematur belumlah stabil dan mereka lebih mudah mengalami kedinginan. Pasalnya mereka hanya memiliki sedikit lemak dalam tubuhnya untuk menghangatkannya.
- Refleks: Perkembangan refleks bayi prematur lebih terlambat, khususnya refleks mengisap yang diperlukan agar ia bisa menyusu, akibatnya ia kesulitan makan hingga membutuhkan selang khusus.
- Pencernaan: Perut bayi masih sangat kecil dan sensitif hingga ia lebih mudah muntah dan sulit mencerna termasuk mecnerna protein penting. Maka, mereka memerlukan susu khusus dalam bentuk yang lebih “siap” dicerna.
Routine newborn screening (NBS) atau skrining (penapisan) pada bayi prematur atau bayi berat lahir rendah atau bayi yang sakit memang tak mudah diterapkan secara ideal. Seringkali bayi-bayi kecil ini secara teknis sulit untuk diperiksa, mungkin memerlukan pengulangan tes, atau pada kondisi yang bisa memengaruhi hasil. Perawatan khusus membuat upaya skrining menjadi kurang optimal.
Bayangkan, segera setelah si bayi mungil ini lahri, mereka akan diberi napas buatan dan dipasang selang melalui pernapasannya dan dihubungkan dengan alat yang disebut ventilator.
Pemberian obat-obatan, oksigen, dan nutrisi diperlukan untuk menunjang kebutuhannya. Dengan berbagai komplikasi pada bayi prematur ini, beberapa hal merekomendasikan suatu teknik skrining menggunakan darah kering. Darah kering ini akan menjadi bahan pemeriksaan untuk beberapa kelainan yang mungkin bisa dideteksi.
Selain melalui darah, skrining secara teknis bisa dikerjakan untuk menilai adakah kelainan pada berbagai organ. Misalnya saja ultrasonografi kepala untuk melihat adanya perdarahan intrakranial, skrining untuk gangguan mata, pendengaran, dan sebagainya.
1. Skrining retinopathy of prematurity (ROP)
Komplikasi ini merupakan kelainan mata pada bayi baru lahir yang bisa menyebabkan kebutaan. Bayi normal memiliki pembuluh darah retina yang sudah berkembang, berbeda dengan bayi prematur yang perkembangannya belum lengkap. Bila kasus ini terlambat dideteksi, anak akan buta selamanya. Skrining bayi baru prematur rutin biasanya mengikutsertakan pemeriksaan untuk ROP, meski tak selalu mudah dideteksi. Semakin muda bayi prematur kemungkinan ROP memang semakin tinggi. Tatalaksana ROP hingga saat ini masih sulit dan amat tergantung teknologi yang ada.
2. Skrining anemia of prematurity (AOP)
Bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram (bayi berat lahir sangat rendah) hampir semuanya membutuhkan transfusi sel darah merah pada minggu-minggu pertama kehidupan. Adanya anemia ini bisa diperberat dengan pemeriksaan darah pada bayi-bayi kecil tersebut. Anemia bisa menyebabkan bayi kekurangan oksigen apalagi mereka kerap mengalami gangguan pernapasan.
Terjadinya anemia pada bayi prematur disebabkan bayi belum bisa meningkatkan eritropoetin, suatu hormon yang akan merangsang pembentukan sel darah merah, untuk mengimbangi perubahan saat ia mulai bernapas dan membutuhkan “darah” lebih banyak.