[quote type=”center”]Hipertensi sering kali tidak disadari sampai munculnya gejala penyakit lain. Dan baru diketahui saat seseorang memeriksakan diri karena penyakit tersebut.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]H[/dropcap]ipertensi atau darah tinggi adalah tekanan darah yang melebihi nilai normal yaitu > 140/90 mmHg yang diukur dalam waktu yang berbeda. Penentuan ini harus didasarkan pada pemeriksaan, dan tidak boleh menuruti kata pasien (dengan keluhan pusing, mudah marah, sulit tidur, tengkuk terasa kaku).
Hipertensi bila ditinjau dari prevalensi menduduki angka yang cukup tinggi dan akibat yang ditimbulkannya masih menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Hipertensi sendiri sering tidak menunjukkan gejala dan baru disadari saat penderita datang dengan keluhan masalah kesehatan yang lain. Tak jarang seseorang diketahui hipertensi ketika sudah muncul keluhan di jantung, stroke atau keluhan lain.
Mengukur tekanan darah
Alat pengukur tekanan darah memakai tensimeter air raksa sesuai dengan standar WHO. Hasil pengukuran tekanan darah kurang baik bila memakai alat elektronik atau pir (jam). Saat pengukuran tekanan darah, kondisi pasien harus tenang dan tidak sedang emosional atau habis melakukan aktivitas. Pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu.
Penyebab hipertensi
Pada 90-95% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial) yang dipicu dengan gaya hidup yang kurang aktif, merokok, berat-badan berlebih, diet tinggi lemak, konsumsi alkohol dan tingkat stress yang tinggi.
Pada 5-10% orang dengan penyakit lain yang menyebabkan tingginya tekanan darah (hipertensi sekunder) dan memerlukan pengobatan segera.
Pembagian hipertensi menurut JNC-7
Pembagian | Sistolik ( mmHg) | Diastolik ( mmHg) |
Normal | <120 | <80 |
Pre-hipertensi | <120- 139 | atau 80-89 |
Hipertensi stadium 1 | 140- 159 | atau 90-99 |
Hipertensi:stadium 2 | > 160 | atau > 100 |
HipertensiSistolik terisolasi | >140 | dan 90 |
Apa akibatnya bila hipertensi tidak dikelola dengan benar ?
Apabila tidak dikelola dengan benar tekanan darah akan semakin tinggi dan berpengaruh buruk terhadap organ-organ vital seperti berpengaruh pada:
- Mata: Dapat mengakibatkan terjadinya Retinopati Hipertensi, yaitu terjadinya perdarahan pada retina yang akan mengakibatkan pandangan menjadi kabur.
- Jantung: Dapat mengakibatkan penebalan bilik jantung kiri karena harus memompa darah yang lebih berat, gagal jantung kongestif, angina pektoris (nyeri dada).
- Otak, mengakibatkan terjadinya: encepalopati/ gangguan kesadaran dan stroke perdarahan/ infark.
- Ginjal, dapat mengakibatkan terjadinya protein uria dan kenaikan urea nitrogen darah.
Wanita berisiko mengalami hipertensi dan penyakit Cerebro Cardio Vascular Diseases (CCVD) lebih besar. Hampir 50% penderita hipertensi adalah wanita, karena wanita memiliki beberapa kondisi khusus yang berhubungan dengan asupan kalsium, masa kehamilan, kontrasepsi oral, dan menopause.
Penelitian ‘The Nurses Health Study’ menemukan kemungkinan terjadinya hipertensi pada wanita pengguna kontrasepsi oral lebih tinggi 80% bila dibandingkan yang tidak menggunakan, risiko terjadinya hipertensi ini sedikit lebih tinggi pada wanita yang mengonsumsi kontrasepsi oral selama lebih dari 6 tahun. Angka kejadiannya kurang lebih 41 per 1000 kasus pertahun (0,4%). Walaupun secara statistik pil kontrasepsi dapat meningkatkan kejadian hipertensi namun tidak perlu takut menggunakannya, dengan catatan rutin memeriksa tekanan darah secara teratur dan bagi yang mengalami hipertensi sebaiknya tidak menggunakan pil kontrasepsi.
Beberapa studi yang berkaitan dengan hipertensi dan kehamilan menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyakit penyerta tersering pada kehamilan, dan mengakibatkan komplikasi pada 1 dari 10 kehamilan. Angka kejadian hipertensi pada wanita juga dipengaruhi karena angka harapan hidup wanita lebih panjang, peningkatan insiden hipertensi kronik selama kehamilan yang diakibatkan karena “tren” penundaan kehamilan. Insiden hipertensi juga meningkat pada wanita menopause, diduga ini berkaitan dengan perubahan hormonal.
Penatalaksanaan hipertensi
a. Untuk mencegah dan/mengontrol tekanan darah, awali dengan pola hidup sehat dengan:
- Merubah gaya hidup melalui diet sehat (konsumsi buah, sayur, produk susu rendah lemak jenuh, rendah kolesterol, dan rendah garam)
- Aktivitas fisik teratur
- Mengurangi konsumsi alkohol
- Mempertahankan berat badan ideal, lingkar pinggang ideal
- Lingkungan bebas asap rokok
b. Pemberian obat disertai perubahan gaya hidup merupakan terapi hipertensi yang terbaik untuk mencegah komplikasi penyakit lain, misalnya gangguan jantung dan ginjal.
d. Gender berperan pada kejadian hipertensi, diduga disebabkan oleh perbedaan kadar estrogen. Meski belum dapat dibuktikan secara bermakna, hormon estrogen diduga berperan besar dalam menjaga tekanan darah tetap rendah