[quote type=”center”]Dalam pemetaan global pendidikan yang diikuti oleh berbagai negara di dunia, di mana Indonesia ikut serta sejak tahun 2000, terlihat bahwa kualitas pendidikan negeri ini masih di bawah dan sampai sekarang masih di tempat yang sama.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]A[/dropcap]nak Indonesia memiliki hapalan yang kuat dan mengalahkan negara lain. Namun ketika harus naik ke level kognitif yang lebih tinggi seperti, understanding, applying, analyzing, synthetizing, ternyata masih belum mampu. Padahal, jika kita melihat pemetaan global terdapat 6 level kognisi. Syarat minimal agar anak bisa berkontribusi dalam masyarakat ada di level 2. Sebanyak 75% anak Indonesia tidak mencapai level 2, bahkan 50% tidak mencapai level 1. Apalagi yang level 5 dan 6 sebesar 0%.
Ini berarti, orangtua perlu mengetahui dengan benar tujuannya pendidikan yang dibutuhkan anak. Kemudian carilah suatu bentuk fasilitas pendidikan, salah satunya sekolah, yang benar-benar cocok untuk si anak.
Manfaat bersekolah
a. Sosialisasi
Plato mengatakan bahwa jika anak-anak selalu berada dalam lingkungan sekolah bersama anak sebayanya saja, maka ia kehilangan pembelajaran menjadi dewasa. Jika anak dimasukkan ke dalam sebuah komunitas belajar yang multiusia, ia belajar berbagi ilmu dengan teman yang usianya lebih muda atau lebih tua. Jadi, ia tak akan ‘alergi’ belajar dari yang lebih muda, dan tak sungkan mengajari yang lebih tua.
b. Karakter
Selain itu, anak-anak perlu mendapatkan life skill sesuai dengan usia dan perkembangan mereka. Hal ini penting untuk mengembangkan karakternya. Jika kita menginginkan anak berkarakter jujur, berempati, dan sebagainya, maka anak harus mampu berpikir, menimbang-nimbang, menganalisis, dan mensintesis langkah-langkah kognitif untuk melakukannya. Cara berpikir yang baik sangat penting membangun karakter, dan ini dilakukan melalui proses belajar berpikir logis yang semestinya diajarkan pada anak.
c. Berpikir kritis dan kreatif
Pendidik harus memberikan kesempatan pada anak untuk selalu memikirkan cara lain atau cara kreatif dalam memahami sebuah pelajaran. Dengan ini, anak akan terbentuk menjadi pribadi yang senantiasa mampu mengandalkan logikanya secara kreatif dan akhirnya mampu berperan dalam masyarakat. Jika tidak, anak akan mudah didoktrin dalam bermasyarakat karena tak terbiasa berpikir secara kritis dan logis.
d. Berani berpendapat
Pendidikan yang baik mengajak anak untuk menyuarakan pendapatnya. Misalnya dalam sebuah pembelajaran anak diajak untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan sebuah ide. Di lain hari, ia diajak untuk mengkritisi ide-idenya sendiri. Kemudian, ia belajar bagaimana untuk meningkatkan kekuatan sebuah ide.
Hal ini melatih anak untuk tidak senantiasa berpikir bahwa idenya selalu yang terbaik dan bisa melihat kekuatan-kekuatan ide temannya. Hak ini penting agar kelak ia mampu bersikap bijak dan menyatukan beragam kekuatan ide yang ada.
Oleh karenanya, orangtua tak dapat lagi menyerahkan segalanya hanya pada para pendidik. Kita perlu mengambil kendali dan terlibat penuh dalam tiap langkah proses pendidikan anak. Dukungan Anda akan melancarkan jalan anak menuju kesuksesan baik selama di sekolah, maupun di masyarakat.