[quote type=”center”]“Ah gak apa-apa, bayi gumoh itu biasa…” Benarkah demikian? Lantas, kapan gumoh dikatakan membahayakan ?[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]G[/dropcap]umoh atau dalam bahasa medisnya disebut dengan gastroesophageal reflux (GER), seringkali diasumsikan sebagai keadaan yang normal dan tidak jarang dianggap sebagai mitos pertanda bayi bertambah besar. Sebagian anggapan mungkin benar, tapi hati-hati karena GER bisa jadi merupakan keadaan abnormal yang dapat memengaruhi kualitas hidup anak.
Gumoh atau regurgitasi adalah proses fisiologis normal pada bayi, dimana isi lambung balik keluar melalui mulut. Orangtua tidak perlu kuatir namun harus waspada bila intensitasnya meningkat. Delapan puluh persen bayi usia 0-1 bulan mengalami gumoh satu hingga empat kali sehari, dan semakin berkurang dengan bertambahnya usia, menjadi 3-5% pada bayi usia 12 bulan.
Mengapa bayi gumoh ?
Perbatasan antara esofagus (kerongkongan) dan lambung terdapat sebuah katup yang mencegah makanan yang ada di dalam lambung untuk kembali lagi ke atas. Pada bayi (terutama di bawah usia 3 bulan) katup dan mekanisme ini belum berfungsi sempurna sehingga seringkali makanan kembali (refluks) ke atas, dan dimuntahkan oleh bayi.
Selain mengandung minuman/makanan, gumoh juga dapat mengandung asam lambung dan asam empedu. Bila asam berada di dalam kerongkongan (esofagus) terlalu lama, maka dapat menyebabkan peradangan atau esofagitis atau disebut penyakit GER (GER Disease/GERD).
Kapan waspada ?
Pada GER, bayi hanya memperlihatkan regurgitasi atau gumoh dengan tumbuh kembang normal. Sedangkan pada GERD bayi terlihat rewel saat minum dan menolak minum, dan bila berkelanjutan akan menganggu pertumbuhannya akibat masukkan nutrisi yang kurang.Pada keadaan yang lebih berat, muntah dapat disertai darah akibat luka di kerongkongan karena asam yang berlebihan, sehingga bayi sulit menelan makanannya (disfagia)
Orangtua sebaiknya mengamati, seberapa sering bayi gumoh dalam sehari, apakah nafsu makannya menurun dan bayi rewel setiap kali usai gumoh. Jika ini terjadi, kecurigaan terjadinya GERD perlu dipikirkan.
Bagaimana solusinya?
Tidak perlu kuatir secara berlebihan, karena sebagian besar gumoh tergolong biasa. Tidak perlu mengubah pola pengasuhan bayi. Bila Anda cemas, coba cara berikut:
- Jangan langsung menidurkan bayi sesudah menyusui/makan. Jika hendak menidurkan, tinggikan bantal sekitar 60 derajat.
- sendawakan setiap kali habis menyusui
- bila bayi masih mendapat ASI, teruskan pemberiannya. Penelitian membuktikan, bayi yang mendapat ASI lebih jarang gumoh.
- Bila frekuensi gumohnya berlebihan dan jumlahnya banyak, konsultasikan dengan dokter anak.
Untuk memastikan apakah si kecil mengalami GERD, dapat dilakukan dengan berbagai pemeriksaan penunjang, antara lain pemantauan pH esophagus (pH metri) dan endoskopi. Pada GERD yang berat, yang tidak respon terhadap terapi standar, perlu dipertimbangakn tindakan pembedahan (fundoplikasi) untuk mengencangkan otot antara kerongkongan dan lambung (sfingter esofagus).
Fenomena gumoh ini akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni pada usia 12 bulan. Selama bayi Anda tampak nyaman, tidak menolak minum/makan, umbuh dan berkembang secara normal, hal itu tak perlu dirisaukan.
“Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih jarang mengalami gumoh dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif.”