[quote type=”center”]Selain pontang-panting mencari pilihan SD yang tepat untuk anak, biasanya orangtua kerap dihantui perasaan bingung dan bimbang karena memiliki anak dengan usia ‘tanggung’ untuk masuk sekolah dasar (SD) atau sudah memiliki kemampuan baca dan hitung tapi usianya kurang dari tujuh tahun.[/quote]
Kapan anak siap masuk SD?
Sekolah dasar merupakan pendidikan formal paling dasar. Umumnya peserta didik SD adalah mereka yang berusia 7-12 tahun. Batasan usia 7 tahun digunakan karena anak dianggap sudah ‘matang’ mengikuti pendidikan formal. Itulah sebabnya usia 7-12 tahun kerap disebut sebagai usia sekolah atau school-age. Dalam psikologi usia sekolah dimaksudkan juga sebagai middle-childhood.
Anak mencapai kematangan sekolah
Ditinjau dari perspektif psikologis, di usia 7-11 tahun, anak mengalami perubahan yang dramatis dalam perkembangan kemampuan berpikir atau kognitifnya seperti dalam kemampuan atensi, memori, kategorisasi, penalaran dan pemecahan masalah. Tidak hanya dalam kemampuan berpikir, perkembangan juga mencakup berbagai kegiatan dan kehidupan psikososial anak.
Perkembangan berbagai kemampuan tersebut, terutama kognitif, memungkinkan anak siap belajar berbagai konsep akademis dasar, seperti : membaca, menulis dan berhitung. Anak sudah mampu memahami prinsip operasionalnya. Kecepatan setiap anak dalam menguasai konsep akademis dasar tentu tak sama. Ada yang lebih cepat sejak usia 6 tahun bahkan pada satu dua anak sejak usia 5 tahun.
Berdasarkan pencapaian kognitif tesebut, orangtua dan pendidik kerap menyimpulkan anak siap masuk SD ketika mereka menguasai calistung tadi. Namun demikian, kerap melupakan aspek penting lain dalam tumbuh kembang yaitu perkembangan fisik (yang kelak memudahkan ia terlibat dalam berbagai aktivitas fisik dan olahraga) dan kematangan emosi sosial.
Sebetulnya masuk SD dengan usia dini lebih dini atau kurang dari 7 tahun, saat anak ‘mampu’ secara kognitif justru dapat mendorong kemajuan individual. Namun bila pertimbangan tadi mengabaikan profil perkembangan anak secara utuh bukan tak jadi memasukkan anak di usia lebih dini justru dapat memicu masalah baru kelak. Ketika perkembangan teman-teman di kelas sudah mencapai tingkat berikutnya secara kognitif maupun psikososial, sementara anak masih dalam tahap yang sama.