[quote type=”center”]Biasanya awal masa sekolah, seperti saat pertama masuk sekolah atau setelah liburan sekolah adalah masa-masa sulit bagi anak untuk datang ke sekolah.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]A[/dropcap]da saja keluhan yang diutarakan oleh anak. Dari mulai mengeluh sakit perut, mengantuk, bahkan bisa jadi anak anak menolak sambil menangis dan tidak mau beranjak dari sisi orang tua.
Penyesuaian terhadap lingkungan dan suasana yang baru bisa menjadi sumber stress bagi anak. Sekolah adalah salah satu contohnya, dan ini bisa menjadi masalah besar bagi orang tua, terutama bagi ibu bekerja yang notabene memiliki waktu terbatas untuk mengantar ataupun menemani anak di masa penyesuaian ini. Dibutuhkan waktu, pengertian dan kesabaran dari berbagai pihak untuk bisa mengatasi persoalan ini.
Kalau kita telaah lebih jauh, ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebab anak merasa tidak nyaman atau takut untuk berangkat ke sekolah, baik ketakutan yang berkaitan dengan faktor internal (misalnya adanya ketakutan akan berpisah dengan orang tua atau kecemasan akan tuntutan untuk berbagi dan bermain bersama teman-teman barunya) maupun faktor eksternal anak (misalnya adanya guru baru yang belum dikenalnya, ruangan kelas yang masih asing, pengalaman yang tidak menyenangkan saat harus bergantian menggunakan mainan yang ada di sekolah).
Apabila anak anda mengalami hal di atas, yang bisa dilakukan adalah :
1. Memberikan dukungan pada anak.
Rasa takut adalah hal yang normal bagi anak, terutama balita. Mengingkarinya justru dapat merugikan. Cobalah untuk menerima ketakutan yang dirasakan oleh anak apa adanya dan berikan kenyamanan dan pengertian bahwa dalam situasi apapun kita sebagai orang tua tetap berada di pihaknya. Berikan pelukan hangat dan support sebelum melepas kepergiaan anak dam pastikan bahwa anda akan menunggunya sepulang sekolah, baik secara fisik maupun komunikasi via telepon (jika orang tua tidak dapat mendampingi anak).
2. Jika keluhan berkaitan dengan kesehatan, cobalah periksakan anak ke dokter untuk memastikan kondisi fisik anak. Hal ini penting, mengingat kondisi fisik yang kurang fit bisa membuat anak merasa kurang nyaman untuk memulai hari barunya di sekolah. Bahkan anak yang mudah untuk menyesuakan diri pun akan merasa tidak nyaman untuk menghadapi situasi yang baru jika kondisi fisik tidak dalam keadaam tidak sehat. Apabila ternyata ia dalam kondisi fisik yang sehat, ajaklah ia untuk tetap pergi ke sekolah.
3. Berikan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Setiap anak membutuhkan masa adaptasi yang berbeda saat memasuki suatu lingkungan tertentu. Ada baiknya jika anak diberi kesempatan anak beberapa saat untuk mengamati lingkungan dan mengatasi ketakutannya. Jangan terlalu melindungi anak, namun tetaplah berada di sisinya sampai anak merasa siap untuk ditinggalkan. Cobalah untuk menjelaskan hal menyenangkan dari sekolah melalui pengamatan anak.
Seperti saat ada seorang anak yang sedang bermain perusutan sambil tertawa-tawa dengan teman lainnya, kita dapat mengatakan pada anak kita betapa asiknya bermain perusutan dan dia akankehilangan kesempatan tersebut jika ia tidak mencobanya. Ajaklah untuk mencoba merasakan kegiatan yang ada di sekolah sambil mengarahkannya untuk bermaian bersama teman-teman barunya. Dengan kepercayaan dan kesempatan yang kita berikan, anak akan belajar untuk menghadapi ketakutannya dengan lebih percaya diri. Yakinkan anak bahwa mereka mampu menghadapinya..
4. Jelaskan pada anak mengenai situasi yang terjadi dan diskusikan bersama. Cobalah untuk menemukan ketakutan yang mendasar dari anak dan ajak anak untuk melihat apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Bisa jadi anak merasa tidak nyaman untuk mengungkapkan keinginan untuk buang air pada orang yang belum dikenalnya, sehingga ia menolak untuk berpisah dengan orang tuanya.
Kita bisa diskusikan dengan anak kalau ia merasa malu untuk mengungkapkan pada guru barunya secara terbuka, ia bisa mengatakannya sambil berbisik. Empati dari anda sebagai orang tua sangat membuat anak merasa lebih nyaman dan dimengerti perasaannya. Menceritakan pengalaman anda saat pertama masuk sekolah kepada anak terkadang bisa membuat anak merasa bahwa perasaan yang dirasakan adalah hal yang wajar dan dialami oleh setiap anak. Ceritakan dengan cara yang menyenangkan dan lucu disertai cara mengatasinya. Selain anak menjadi mendapat pengetahuan mengenai cara penyelesaian masalahnya, dengan tertawa, perasaanya pun menjadi lebih ringan, sehingga ia lebih mudah untuk mengatasi ketakutannya.
5. Berikan harapan yang realistis pada anak.
Setiap orang tua pasti memiliki harapan atas perilaku yang ditampilkan oleh anak. Namun demikian beban di sekolah bukanlah hal yang mudah dan ringan untuk dihadapi oleh anak. Dan hal ini tidak bisa dianggap enteng. Untuk itu jangan berharap terlalu tinggi, sehingga anak tidak takut untuk mengungkapkan masalahnya.
Toleransi atas berbagai kegiatan yang dilakukan oleh anak untuk beberapa saat bisa menjadi penyelesaian yang sesuai bagi anak. Misalnya keinginan orang tua agar anak bersikap mandiri dan bisa langsung masuk kelas, terkadang perlu ditelaah lebih lanjut. Terkadang kita sebagai orang tua memang harus mengalah untuk beberapa saat.
6. Komunikasikan dengan guru kelas.
Ada kalanya dibutuhkan kerjasama antara orang tua dan guru kelas untuk mengatasi ketakutan anak. Jika hal ini terjadi, usahakan untuk mengkomunikasikan keadaan anak dengan guru kelasnya. Misalnya ketakutan anak berkaitan dengan pengalaman anak sebelumnya, misalnya ia pernah dipukul oleh temannya atau tuntutan untuk berbagai yang dirasa kurang menyenangkan bagi anak.
Mintalah guru kelas untuk melakukan pendekatan pada anak dan meluangkan waktu beberapa saat dengan anak sebelum masuk kelas, sehingga anak merasa diterima di sekolah. Selain itu mintalah guru untuk lebih memperhatikan anak selama di sekolah, sehingga anak pun merasa bahwa saat disekolah pun dimana ia tidak bersama orang tua, ia tetap mendpat perhatian.
7. Diskusikan pengalaman anak di sekolah.
Saat anak pulang dari sekolah, banyak hal yang dialami oleh anak, baik pengalaman yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Cobalah untuk mendiskusikan pengalamannya di sekolah. Libatkan perasaannya, seperti apa yang ia senangi atau tidak disenangi dari pengalamannya di sekolah.
Berikan penekanan dan pujian saat ia menceritakan pengalaman yang menyenangkan, seperti saat guru bercerita tetang kehidupan lumba-lumba. Sementara itu cobalah untuk mencari penyelesaian atas pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya saat ia menceritakan bahwa ia ada salah satu teman yang merebut mainan mobil-mobilan yang sedang dimainkannya dan ia tidak bisa memintanya kembali. Tanyakan apa yang dilakukannya dan apa yang diinginkannya, kemudian ajak anak untuk mencari cara penyelesaian masalahnya. Dengan demikian anak pun belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
8. Jika persoalan ini berlangsung berlarut-larut atau anda ragu-ragu dengan cara penanganan yang sesuai, segera konsultasikan dengan psikolog sekolah.
Untuk mempersiapkan hari pertama anak di sekolah, ada beberapa tips yang dapat dilakukan, agar anak lebih mudah menjalani proses adaptasi dengan temanteman ataupun sekolahnya :
- Ceritakan betapa menyenangkannya suasana di sekolah pada malam sebelum ia masuk sekolah. Cerita bisa mengenai pengalaman orang tua maupun berdasarkan buku cerita yang menggambarkan mengenai suasana sekolah.
- Bangunkan anak lebih pagi. Hal ini dilakukan untuk memberi kesemptana bagi anak untuk mempersiapkan diri dengfan lebih tenang tanpa harus tergesa-gesa.
- Jika anda harus meninggalkan anak di sekolah, usahakan untuk berpamitan. Jangan pernah menyelinap pergi, karena hal ini justru bisa membuat anak trauma dan tidak mau lepas dari anda pada hari berikutnya. Jika diperlukan informasikan kepergian anda pada guru kelas.
- Jika anak anda sudah lebih mandiri dan mau ditinggalkan, katakana pada anak bahwa anda akan pergi dan akan kembali untuk menjemputnya (jika anda yang menjemput) atau katakan bahwa akan ada pengasuh yang akan menjemputnya (jika pengasuh yang akan menjemput) dan pergilah tanpa ragu-ragu. Katakan secara jujur dan jangan pernah menjanjikan sesuatu yang tidak dapat ditepati.
- Berikan pujian saat ia pulang sekolah, meskipun ia menangis sejenak saat anda tinggalkan.
Setiap anak akan memasuki masa sekolah. Dengan kesempatan yang diberikan untuk mengembangkan kemampuan adaptasinya serta dukungan dan suppport dari orang tua, anak akan lebih mudah untuk menghadapi dan mengatasi apapun yang dialami oleh anak.
No Comments
Anak saya umur 5 tahun genap di bulan Juli 2015. Sudah sekolah TK kecil. jam sekolah dari jam 8 – jam 12 ( kadang bisa lebih siang or lebih awal tergantung papanya menjemput ). Kebetulan sekalian penitipan. Mulai bulan maret jarang masuk. sering sakit panas, batuk pilek. Saya melarang sekolah sebelum kondisi benar2 sehat. Akibatnya keseringan di rumah kalau di minta sekolah susah. Anak saya laki-laki.Sering ngompol di kelas dan pernah juga BAB di kelas. Setelah itu masih mau sekolah tp harus keluar rayuan macam-macam agar mau berangkat. Puncaknya maret – april tidak mau sekolah sama sekali. kalau mendengar kata-kata sekolah langsung marah, nangis. itu berlangsung tiap hari,KAlau ditanya kenapa tidk mau sekolah dia cerita karena kelamaan. Menurut saya karena anak sudah tahu jadwal film kartun , jadi lebih baik di rumah. KAdang Tv sengaja sy matikan dengan tujuan agar ndak kecanduan nonton TV.
Bagaimana menumbuhkan rasa percaya diri anak sy biar mau sekolah kembali. Apa yg sebaiknya saya lakukan ?
Tolong bantuan dan sarannya,
anak saya sebelumnya dari umur 2.5thun saya titipkan didaycare sampai terakhir maret 2018 ini,
setiap akan berangkat ke daycare selalu saya bilang ke anak “yuk sekolah”,
awalnya anak saya semangat ke daycare hingga pada awal tahun ini saya melihat perubahan anak saya menjadi tidak bersemangat selalu tekadang bengong/melamun sendiri, sehingga saya putuskan dititipkan dengan neneknya dibandung, saya berpikiran mungkin karena didaycarenya sudah sepi g ada anak2 yg full day rata2 half day, berhubung saya dan suami sama2 bekerja dijakarta, sehingga berjumpa hanya via video call.
sampai minggu k.2 bulan april ini, saya dapat telpon dari neneknya, bercerita bahwa anak saya diajak menemani ke paud ponakan saya dan saat nenek, anak saya dan ponakan tiba dipaud,
reaksi anak saya ketakutan saat melihat guru paud dan dia bilang ” gak mau sekolah takut miss, nanti miss marah aa” sampai membuat ibu ibu disekitar paud melihat anak saya dan bertanya2 kepada neneknya.
hingga saya minta neneknya bertanya lebih lanjut ke anak saya, apa yang miss lakukan sama aa,
dan jawaban anak saya ” miss nakal, pukul aa” sembari diperagakan oleh anak saya, bagian yang dipukul kepala, perut dan kaki ditendang.
saat ini saya belum mendindak lanjuti kepihak daycare,
karena saya ingin menulusuri dulu yang diucapkan anak saya dan miss yang mana yang pukul dia karena didaycare ada 4 miss.
saat ini saya ingin memfokuskan untuk mengatasi trauma anak saya, tapi saya tidak tau tindakan apa yang harus saya lakukan. saya meminta saran nya..