[quote type=”center”]Ketika saya membawakan sebuah seminar keuangan di salah satu sekolah, saya pernah memberikan pertanyaan sedikit menjebak kepada seorang anak yang kebetulan ikut dengan ibunya.[/quote]
Saya : “Niken, kalau mau beli mainan minta siapa?”
Niken : “Mama.”
Saya : “Kalau mama nggak punya uang, bagaimana?”
Niken : “Ambil di ATM Mama.”
Dialog singkat tadi cukup membuat saya tergelitik, seorang anak usia 6 tahun sudah tahu tentang keuangan. Namun sayangnya yang dia tahu hanya sebagian yaitu uang bisa dikeluarkan dari ATM, tapi dia tidak pernah tahu bahwa uang tersebut harus diisi sebelum bisa diambil.
Ilmu keuangan
Sadar atau tidak kita sering ‘menjerumuskan’ anak dengan pelajaran yang tidak baik tentang uang. Misalnya dengan mengajak anak mengambil uang di ATM tanpa menjelaskan bagaimana uang itu bisa ada di mesin tersebut. Membayar dengan kartu kredit atau kartu debit tanpa dijelaskan bahwa ada uang yang harus disediakan dulu sebelum bisa mengunakan kartu tadi atau kesediaan kita untuk berkomitmen membayarnya setelah mengunakan.
Bagi seorang anak, apa yang dilakukan orang tuanya adalah sesuatu yang benar. Sehinga tidak salah mereka hanya tahu bahwa uang itu bisa diambil, selalu ada dan bisa membeli apa saja.
Ketidaksiapan anak dengan ilmu keuangan yang baik tentunya akan mengakibatkan masalah yang besar bagi mereka kelak. Sifat yang terlalu konsumtif, tidak menghargai uang, tidak mau bekerja keras adalah beberapa hal yang bisa terjadi bila mereka tidak dibekali dengan ilmu yang cukup di keuangan.
Ilmu keuangan bagi mereka sebenarnya sederhana saja :
- Mengenal fungsi uang. Bila selama ini mereka mengenal uang untuk sekedar berbelanja, mereka juga sebaiknya juga dibekali dengan informasi bahwa uang juga bisa untuk investasi. Investasi bukan berarti mereka memiliki emas, saham atau produk keuangan lain, tapi lebih sederhana yaitu uang mereka bisa digunakan untuk mencapai tujuan dan harapan mereka dimasa depan. Misalnya kita menabung untuk liburan keluarga, menabung untuk buku komik yang akan dibeli saat liburan sekolah atau hadiah yang mereka rencanakan sendiri untuk mereka miliki dalam jangka waktu ke depan.
- Efektif berbelanja. Apa sih yag diharapkan anak dengan uang mereka? Sederhana saja: bisa memenuhi keinginan mereka. Keponakan saya dengan senang hati melepaskan uang Rp 20 ribu yang diberikan oleh pamannya untuk membeli koin yang digunakan untuk bermain dibandingkan digunakan untuk membeli roti seperti yang saya harapkan. Kita sebagai orang tua pasti tahu bahwa roti pasti lebih baik dari permen yang dia dapatkan dari kupon yang dihasilkan akibat bermain tadi. Tapi untuk si anak, bermain pasti lebih mengasyikkan. Nah disinilah kita bisa mengajarkan bahwa menghabiskan uang untuk yang diinginkan tidak salah, tapi apakah sudah efektif pengunaanya? Ilmu yang sangat mahal yang akan mereka bawa sampai mereka dewasa kelak.
- Menghargai uang. Pernah melihat betapa bertumpuknya permainan yang anak Anda miliki? Mungkin kita sedikit geram kenapa permainan sedemikian banyak sebagian besar sudah rusak atau terlupakan. Anak memang gampang bosan, tapi kenapa ya mereka tidak bosan dengan uang? Karena mereka mengangap uang berharga sedangkan permainan tidak. Kita sering lupa memberikan pesan ke anak bahwa permainan yang mereka miliki memiliki nilai uang, karena diperoleh dengan membeli. Dengan mengajarkan bahwa barang yang mereka miliki sama nilainya dengan uang, seharusnya mereka menghargai permainan sebagai harta mereka sama seperti uang yang mereka miliki. Dengan demikian bila mereka menghargai harta mereka, berarti mereka menghargai uang mereka.
Mulai dengan yang paling mudah
Mengajarkan ilmu keuangan kepada anak memang perlu cara khusus, banyak trik yang harus dilakukan supaya pembelajaran tadi menjadi sangat efektif dan berguna bagi mereka baik saat ini maupun saat dewasa kelak.
Beberapa hal sederhana yang bisa kita berikan sebagai bekal :
- Sisihkan di awal. Menyisihkan berbeda dengan menyisakan, si anak juga harus tahu itu. Tapi bukan sekadar teori atau definisi, tapi harus penerapan. Seorang teman selalu memberikan uang bekal harian anaknya dengan pecahan 2 lembar Rp. 2000,- dan 1 lembar Rp.1000,-. Tujuannya sederhana, agar saat si anak keluar rumah untuk ke sekolah dia bisa memasukkan uang Rp.1000,- di kaleng tabungan anak yang selalu ada di meja kecil dekat pintu keluar. Sisih bukan sisa diajarkan dengan sederhana tapi mengena.
- Tabungan khusus. Berikan mereka tabungan khusus sesuai dengan apa yang ingin mereka capai, kalaupun bukan cita-cita jangka panjang, mungkin untuk harapan saat kenaikan kelas kelak. Misalnya tabungan untuk membeli sepeda, tabungan membeli PS dan sebgainya.
- Catat pembelanjaan. Tidak ada salahnya kebiasaan orang tua untuk mencatat pembelanjaan yang dilakukan tiap bulan juga diterapkan ke anak. Siapkan buku kecil yang berisikan daftar belanjaan mereka. Diskusikan dan evaluasi bersama saat akhir hari dengan memilah pembelanjaan efektif menurut si anak dan pembelanjaan yang tidak efektif. Kebiasaan ini akan membuat anak menjadi tahu bahwa dia telah menyia-nyiakan uang yang digunakan, dan juga tahu bahwa mereka berprestasi dengan membeli barang yang efektf.
Akhirnya, seorang anak saat dewasa kelak pasti akan berhubungan dengan uang. Ketika mereka sendiri kelak, maka merekalah yang harus bisa mengendalikan uang mereka. Memberikan ilmu keuangan mereka akan membuat mereka selamat menjalani masa dewasanya dibandingkan dengan sejumlah besar uang yang bisa mnjerumuskan mereka kepada kegagalan.