[quote type=”center”]Anak dalam masa pertumbuhan, jika dia berpuasa… bagaimana dengan asupan gizinya ?[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]P[/dropcap]uasa Ramadhan sebagai wujud ketakwaan kepada Allah SWT hukumnya wajib bagi setiap umat beriman. Puasa sebagaimana dilakukan oleh umat Islam tergolong sebagai partial fasting karena puasa ini dibatasi oleh makan sahur dan buka puasa. Di dalam partial fasting atau puasa Ramadhan sebenarnya yang terjadi adalah perubahan pola makan yakni dari semula makan 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari. Diperkirakan bahwa perubahan frekuensi makan ini secara kuantitatif menurunkan jumlah asupan gizi (terutama kalori) yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu wajar kalau sehabis puasa Ramadhan terjadi penurunan berat badan 5-10%
Dengan berpuasa tidak berarti kita harus kelaparan karena gizi yang masuk ke dalam tubuh diupayakan untuk selalu cukup, hanya kalori saja yang dikurangi. Ini berarti kualitas lauk-pauk, sayuran, dan buah-buahan harus tetap baik dan dalam jumlah yang memadai baik ketika sahur maupun berbuka. Sumber kalori yang dibatasi adalah nasi yang biasanya 3 kali sehari menjadi hanya 2 kali sehari. Cemilan sumber kalori umumnya juga dikonsumsi lebih sedikit di saat puasa dibandingkan bukan bulan puasa.
Mari melatih anak berpuasa
Anak-anak dapat berlatih puasa tergantung kadar kekuatannya. Sebagian anak mulai berpuasa ketika usia 8-10 tahun. Mereka mula-mula hanya berpuasa setengah hari (dhuhur) atau tiga perempat hari (asar), sampai akhirnya merasa kuat untuk berpuasa penuh (maghrib).
Yang harus diperhatikan ketika anak berpuasa adalah makanan saat sahur. Bagi sebagian anak, sahur memang terasa kurang nyaman karena mata masih mengantuk dan tidak adanya nafsu makan. Namun demikian, anak tetap harus mengonsumsi makanan secara cukup di saat sahur.
Sebagai orang tua kita harus melatih anak-anak agar berpuasa dengan benar, dan hal ini harus diawali dengan sahur yang benar yakni cukup memberikan kontribusi gizi. Jadi hidangan saat sahur bisa berupa nasi, sayur (lodeh, sup, bayam dll), lauk pauk (ikan atau daging ayam ditambah tahu/tempe), buah (pisang, jeruk, apel), dan segelas susu.
Sahur sesuai anjuran didekatkan dengan waktu imsak supaya tubuh tidak berpuasa terlalu lama. Dengan demikian stamina selama siang hari masih tetap bugar untuk beraktivitas. Ketika berbuka, dahulukan yang manis-manis untuk mempercepat penyerapan sehingga sel-sel yang ‘kelaparan’ segera memperoleh gula dan tubuh menjadi lebih cepat bugar. Setelah itu bisa diikuti dengan makanan lengkap 4 sehat. Makanan cemilan sebaiknya dikonsumsi setelah makan besar. Ingat, terlalu banyak makanan cemilan berarti hanya kalori yang masuk ke dalam tubuh.
Aktivitas fisik bagi anak yang sedang berpuasa sebaiknya dikurangi, jangan terlalu lincah, jangan berolah-raga terlalu intensif agar tidak banyak cairan hilang dan menyebabkan kehausan. Olahraga di saat berpuasa dianjurkan dilakukan sore hari menjelang berbuka, dan pilih olahraga ringan seperti jalan kaki.
Makanan saat berbuka
Di saat berbuka, anak-anak maupun orang tua biasanya mengawali dengan yang manis-manis seperti kurma, kolak pisang, atau koktil. Setelah itu dilanjutkan dengan sholat maghrib berjamaah. Makanan untuk berbuka sebaiknya disantap sesudah maghrib dan sebelum sholat tarawih. Sebab, kalau makan harus menunggu sehabis tarawih maka biasanya kita jadi terlalu banyak makan cemilan antara maghrib-isya. Hal ini kurang sehat, jadi ketika kita berangkat sholat tarawih, perut sudah kenyang dan sehabis tarawih bila masih lapar kita bisa mengonsumsi sedikit cemilan.
Menu lengkap yang akan menopang gizi dan kesehatan kita. Sebaiknya ubah pola makan berbuka yang salah dan segera perbaiki yaitu makanan manis ketika beduk maghrib dan diikuti dengan makanan lengkap setelah sembahyang maghrib. Cemilan baru dimakan setelah kita mengkonsumsi makanan lengkap.
Dengan berpuasa maka tubuh lebih ramping. Penelitian dari perusahaan asuransi di AS mengungkapkan bahwa kegemukan berbanding terbalik dengan usia seseorang, artinya semakin gemuk maka usia semakin pendek. Orang gemuk adalah pencerminan overnutrition, dan telah diketahui bahwa kegemukan merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit degeneratif. Bertambahnya berat badan seringkali juga diikuti oleh naiknya tekanan darah. Oleh karena itu dengan tubuh yang lebih ramping sebenarnya kita telah memangkas peluang-peluang untuk menjadi orang yang berpenyakitan dan akhirnya usia kita bisa lebih panjang.
Nasihat Nabi Muhammad SAW agar kita berbuka puasa dengan yang manis-manis tentu ada maksudnya. Dari segi gizi, makanan yang manis-manis mengandung karbohidrat sederhana yang mudah dipecah oleh sistem enzim dalam pencernaan kita. Dengan demikian sel-sel tubuh yang sudah kelaparan sepanjang hari bisa segera terpenuhi gizinya, dan akan membuat metabolisme tubuh semakin lancar.
Perlukah suplemen saat puasa?
Apabila saat puasa kita bisa sahur dengan variasi makanan yang bermutu dan jumlahnya cukup, serta berbuka dengan santapan memenuhi syarat gizi, maka suplemen menjadi tidak terlalu penting. Namun kadang-kadang kita sahur dengan makanan seadanya sementara aktivitas siang hari cukup padat. Dalam kondisi ini mungkin ada beberapa individu perlu suplemen.
Suplemen sangat banyak jenisnya. Namun umumnya suplemen adalah berupa vitamin dan mineral. Suplemen yang berisi vitamin B bermanfaat untuk membantu proses pencernaan karbohidrat menjadi energi dan juga berguna mengoptimalkan fungsi syaraf. Suplemen vitamin C perlu untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan juga penting di saat stres. Ada pula suplemen betakaroten yang mungkin penting bagi mereka yang kurang sayur dan buah.
Suplemen adalah makanan tambahan yang dikonsumsi untuk mengantisipasi kekurangan satu jenis atau beberapa jenis gizi akibat pola makan yang kurang baik, anak sulit makan, sedang dalam kondisi sakit, atau karena usia yang semakin lanjut sehingga nafsu makan berkurang.
Sepanjang dikonsumsi sesuai aturan dosis maka pada umumnya suplemen relatif aman. Kandungan gizi suplemen umumnya masih di bawah Recommended Dietary Allowances (mungkin sekitar 15%-35% RDA). Hanya saja suplemen vitamin C dibuat relatif tinggi dosisnya, namun tubuh ternyata mempunyai kemampuan besar untuk mengantisipasi kelebihannya melalui mekanisme pembuangan melalui urin/keringat.