[quote type=”center”]Bila bayi menunjukkan gejala alergi, siap-siap…ibu harus diet ! [/quote]
Frida panik ketika suatu pagi mendapati bayinya yang baru berusia 3 bulan pilek, saat menyusui si kecil tampak kesulitan karena hidungnya mampet.
“Ini pertama kali Daffa terserang pilek. Padahal kan aku sudah memberinya ASI full, lagi pula di rumah kan enggak ada yang sedang pilek. Kok bisa ya?” kata Frida kepada suaminya. Karena kuatir, mereka membawa Daffa ke dokter anak.
“Anak Ibu kemungkinan besar alergi. Coba Ibu ingat-ingat, Ibu makan apa saja?” kata dokter. Selanjutnya dijelaskan bahwa biasanya pilek yang menyerang anak di bawah usia 2-3 bulan kebanyakan disebabkan oleh alergi. Selain itu, perlu ditarik garis ke atas, apakah kedua orang tua atau salah satunya memiliki riwayat alergi.
Siapa saja yang berisiko tinggi alergi?
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), bayi dengan risiko tinggi alergi adalah bayi dengan riwayat alergi yang kuat dalam keluarga, yaitu
- 5-15% berisiko terkena alergi, bila kedua orangtua tidak memiliki riwayat alergi.
- 20-40% berisiko terkena alergi, bila salah satu orangtua memiliki riwayat alergi.
- 40-60% berisiko terkena alergi, bila kedua orangtua menderita alergi.
Seorang anak mengalami alergi bila terdapat salah satu atau beberapa faktor berikut; riwayat keluarga alergi, bila seorang ibu hamil yang merokok atau berada di lingkungan perokok, anak tidak mendapat ASI atau hanya sebentar mendapatkannya, polusi, dan diet. Hal sama ditanyakan oleh dokter spesialis anak saat Frida membawa Daffa berkonsultasi.
Munculnya gejala alergi dapat mengenai tiga organ, yakni pada kulit (kemerahan, gatal, dsb), saluran cerna (diare), dan saluran napas (pilek, rhinitis).
Bukan alergi ASI
Sayangnya, ketika bayi mengalami salah satu gejala alergi tersebut di atas, muncul anggapan bahwa bayi alergi ASI. Tentu saja ini tidak benar.
Yang perlu dipermasalahkan adalah makanan yang telah dikonsumsi sang Ibu sehingga menyebabkan bayi menjadi bermasalah setelah diberi ASI. Terlebih lagi bila terdapat garis riwayat alergi pada kedua orang tua atau kakek-nenek. Setelah itu coba telusuri makanan yang menjadi alergen (penyebab alergi) bagi si bayi. Jika penyebab alergi ini sudah diketahui, ibu bisa menghentikan konsumsi makanan/minuman tersebut.
Reaksi spontan yang ditunjukkan bayi biasanya berupa gumoh lebih dari frekuensi normal. Bisa jadi ini disebabkan karena bayi alergi terhadap susu sapi (yang diminum ibu). Terkadang bayi juga menunjukkan reaksi alergi lain, misalnya ruam merah pada kulit. Ini biasanya disebabkan makanan laut yang dikonsumsi ibu.
Jangan stop ASI
Jika tanda-tanda alergi terjadi pada bayi Anda, jangan hentikan pemberian ASI eksklusif namun stop mengonsumsi makanan/minuman pemicu alergi. Jika ASI eksklusif ini dihentikan dan diganti dengan pemberian susu formula justru akan semakin mengurangkan nilai gizi yang diterima oleh si bayi. Nilai gizi ASI adalah yang terbaik, tidak dapat digantikan oleh susu formula yang mahal sekalipun. Teruskan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, dan lanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.
Tip Mencegah bayi alergi
- Masa peka pada bayi adalah 4-6 bulan pertama, jadi jangan buru-buru menyapihnya.
- Selama memberi ASI, Ibu pun harus berhati-hati terhadap makanan yang dikonsumsi yang berpotensi menimbulkan alergi. Cara ini menghindarkan bayi dari alergi melalui ASI.
- Bila usia si Kecil 6 bulan, perkenalkan makanan padat satu demi satu. Beri jarak waktu beberapa hari untuk setiap jenis makanan baru agar dapat memantau bila muncul reaksi alergi.
- Hindari bayi dari bahan-bahan yang dapat memicu alergi, seperti asap, rokok, debu rumah, sebuk sari, dan binatang peliharaan.
Referensi :
- List BA, Vonderhaar KJ. Should breastfeeding mothers avoid allergenic foods? Cincinnati Children’s Hospital Medical Center, Cincinnati, OH, USA. Betsy.list@cchmc.org. MCN Am J Matern Child Nurs. 2010 Nov-Dec;35(6):324-9.
No Comments
Nice…..
Cayooo ngasi asi..
tq infox