[quote type=”center”]Eksim ‘Pencemar’ Kulit Nomor 1[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]M[/dropcap]asalah kulit yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah eksim dan infeksi kulit. Data di Poliklinik Kulit Anak RSCM jakarta tahun 2003-2008 menunjukkan bahwa kedua golongan penyakit ini masuk dalam 10 besar peringkat terbanyak penyakit kulit bayi dan anak.
Eksim susu
Eksim susu (eksim atopik) merupakan kelainan kulit yang sering ditemukan pada bayi dan anak, bersifat kronik (menahun) dan kambuhan. Penyebabnya sangat kompleks yang dipengaruhi oleh bakat alergi yang diturunkan secara genetik terhadap bahan tertentu dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Bahan alergen yang dapat mencetuskan kekambuhan :
- alergen hirup (debu, tungau debu rumah, bulu binatang)
- alergen makanan
- lingkungan suhu yang panas
Istilah eksim susu bukan karena penyebab eksim akibat kontak dengan air susu ibu, melainkan karena lokasi eksim pada bayi terutama mengenai kedua pipi.
Eksim ini menimbulkan rasa gatal yang sangat, sehingga bayi dan anak menajdi rewel, gelisah, sering menggosok daerah kealinan tersebut dan mengganggu tidur. Pada anak lebih besar kelainan ditemukan di lekukan siku dan lutut. Kulit biasanya menjadi merah dan beruntusan, membasah dan bila kering akan meninggalkan koreng berwarna kuning dan kemerahan, bersisik dan kering. Pada umumnya kulit anak tampak kering dan berbusik.
Bagaimana penanganannya ?
Pertama-tama, hindari faktor pencetus (udara panas, debu, wol, bulu binatang, karpet, bulu boneka), lakukan perawatan kulit dengan mandi 2 kali sehari, hindari air yang terlalu panas, gunakan sabun yang mengandung pelembab, setelah kering oleskan pelembab. Selain itu ciptakan ventilasi ruangan yang baik.
Eksim seboroik
Jenis eksim lain yang ‘mencemari’ kesehatan kulit si kecil adalah eksim seboroik (sarap), yang ditemukan pada kepala bayi/balita, berupa sisik tebal kekuningan, berminyak dengan kulit di dasar dan sekitarnya berwarna kemerahan. Penyebab pasti belum diketahui. Peradangan kulit dipengaruhi oleh kelenjar sebasea yang aktif akibat rangsangan hormon androgen ibu. Pada anak dan dewasa biasanya timbul saat pubertas, selain akibat pengaruh rangsangan hormon juga dipengaruhi oleh stres emosional, diet, dan suhu lingkungan yang panas.
Bagaimana penanganannya ?
Oleskan minyak kelapa atau baby oil pada malam hari, keesokan hari sisir rambut secara perlahan agar sisik terbawa, lalu cuci rambut dengan sampo khusus. Bila sarap belum bersih, ulangi cara yang sama. Perhatikan kebersihan lingkungan dan menjaga gizi si kecil.
Eksim popok
Sering disebut dengan dermatitis popok, timbul di daerah kulit yang tertutup popok pada bayi atau anak yang menggunakan popok. Penyebabnya sangat kompleks, dengan adanya faktor lembab pada daerah tersebut disertai dengan adanya kontak tehadap tinja (feses), urin terus menerus, pergesekan dengan bahan iritan dari popok itu sendiri, sehingga mempermudah terjadi infeksi akibat jamur maupun bakteri.
Bayi dan anak yang mengalami eksim popok biasanya rewel karena rasa nyeri, perih dan tidak nyaman—terutama setelah buang air kecil maupun besar. Lokasi kelainan kulit terutama mengenai daerah yang paling lama kontak dengan popok, yakni bagian cembung bokong. Kelainan kulit berwarna merah, agak membasah dan kadang bersisik.
Menjaga kebersihan kulit daerah bokong merupakan kata kunci mencegah eksim popok. Saran lain adalah sering mengganti popok bila basah, lbilas kulit daerah popok dengan air mengalir dan keringkan. Olesi vaselin, krim, atau salap yang mengandung seng oksida di kulit guna mengurangi kontak kulit langsung terhadap urin atau feses. Dan hindari penggunaan popok yang terlalu ketat.
Gangguan kulit lain adalah penyakit infeksi kulit, misalnya cacar api (impetigo krustosa) disebabkan oleh kuman Streptococcus B hemolyticus, biasanya ditemukan di wajah sekitar lubang hidung dan mulut. Kelainan berupa lenting kecil bernanah dengan dasar kemerahan. Infeksi lain adalah cacar monyet (impetigo vesikobulosa) disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus. Sering menyerang kulit di daerah ketiak, dada, punggung berupa lenting bernanah dengan ukuran kecil hingga besar.
Referensi :
- Hurwitz S.: Clinical pediatric dermatology. Edisi ke-3. Philadelphia: W.B. Saunders Company: 2006: 67-9.
- Krafchik BR, Halbert A, Yamamoto K, Sasaki R. Eczematous dermatitis: atopic dermatitis. Dalam: Schachner LA, Hansen RC, editor. Pediatric Dermatology Edinburgh: Mosby; 2003: 607-30