Nyeri saat datang bulan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang ´biasa´, padahal di baliknya mungkin ada masalah yang serius.
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]N[/dropcap]yeri haid atau secara medis disebut dismenore adalah nyeri panggul bersiklus dan kronik yang berhubungan dengan menstruasi. Secara khas memperlihatkan nyeri perut bawah/ kram yang terjadi beberapa saat sebelum dan/atau selama menstruasi. Biasanya muncul beberapa saat setelah haid pertama, ketika ovulasi mulai teratur.
Penyebab absen
Dismenore diperkirakan merupakan kelainan ginekologis yang paling sering terjadi pada perempuan dengan prevalensi berkisar 45-95%. Tigabelas sampai 51% perempuan pernah tidak masuk kerja/sekolah paling tidak sekali karena dismenore dan 5-14% sering absen karena keluhannya berat. Sehingga dismenore, terutama kalau berat, sering dihubungkan dengan keterbatasan aktivitas dan absen dari pekerjaan atau sekolah.
Namun demikian sering dismenore hanya dianggap sebelah mata oleh orang sekitar, keluarga, atasan atau guru, bahkan oleh si perempuan itu sendiri, sehingga jarang mencari pertolongan medis untuk mengatasinya. Faktor budaya dan adat istiadat memang berpengaruh atas pandangan orang terhadap dismenore.
Dismenore umumnya dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu primer dan sekunder. Disebut primer bila nyeri menstruasi tersebut tidak disertai kelainan organik dan disebut sekunder bila ditemukan kelainan organ yang menjadi penyebabnya. Kelainan organik pada dismenore sekunder seperti endometriosis, mioma uteri, polip endometrium, dan radang panggul.
´Biang keladi´ nyeri haid
Ada yang berpendapat faktor kejiwaan, emosi dan masalah psikologis, seperti kecemasan, ketidak
stabilan emosi, atau cara memandang menstruasi dalam bagian hidupnya, merupakan sumber dismenore. Namun demikian secara fisiologis memang ditemukan produksi zat prostaglandin oleh rahim saat menstruasi. Prostaglandin ini berhubungan dengan kontraksi rahim dan berkurangnya suplai darah ke rahim (iskemia). Perempuan dengan dismenore yang berat mempunyai kadar prostaglandin yang lebih tinggi, terutama pada hari pertama dan kedua.
Dismenore primer biasanya muncul 6 – 12 bulan setelah mens pertama. Nyeri perut biasanya terjadi selama 8 -72 jam dan berhubungan dengan keluarnya darah mens pertama. Dapat pula disertai nyeri punggung, bokong, sakit kepala, bahkan juga diare, mual dan muntah.
Kalau dismenore sekunder biasanya muncul pada usia 30-40 tahun. Perempuan mengeluhkan perbedaan saat nyeri dan kekuatan nyerinya. Dapat pula timbul keluhan lain seperti nyeri saat berhubungan, menstruasi yang banyak, dan perdarahan sehabis berhubungan suami istri, tergantung kelainan organik apa yang menyertainya.
Berat ringannya dismenore berhubungan dengan lamanya menstruasi, semakin mudanya usia mens pertama, merokok, obesitas dan konsumsi alcohol. Stress yang tinggi juga disebutkan mempengaruhi. Dismenore primer sering membaik dengan sendirinya saat perempuan tersebut memasuki umur 30 an atau hamil dan melahirkan.
Bagaimana terapinya?
Terapi untuk dismenore bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri. Bisa dengan menstabilkan emosi dan jiwa atau menggunakan obat-obatan yang dapat menghambat prostaglandin seperti parasetamol, aspirin, atau antiradang non steroid (NSAID). Dapat pula dengan memberikan obat hormon untuk mencegah ovulasi, seperti kalau menggunakan obat KB.
Biasanya pada awalnya dokter akan memberikan obat-obatan seperti parasetamol atau aspirin, baru kemudian kalau tidak berhasil menggunakan NSAID atau obat hormon.
Namun demikian ada pula yang menggunakan cara alternatif seperti dengan melakukan olahraga, mengkosumsi makanan rendah lemak, atau akupunktur. Cara yang lebih kompleks lagi dengan melakukan operasi yaitu mengoperasi saraf-saraf yang berhubungan dengan dismenore, namun hasilnya juga belum memuaskan.
Dismenore sekunder diobati dengan mengobati kelainan yang menyertainya. Bila obat-obatan seperti parasetamol atau aspirin tidak juga membantu, ada baiknya ibu mengkonsulkan ke dokter spesialis kandungan, untuk mendapat penanganan lebih baik.
Referensi:
- Proctor dan Farquhar. Diagnosis and management of dysmenorrhoea. Br Med. J, 2006; 332:1134-38
- Reddish. Dysmenorrhea. Australian Family Physician, 2006; 11: 842-49