Dengan sedikit geram Bertha memencet tombol ATM di salah satu bank ternama. “Ini kan seharusnya jatah Papa, masa Mama juga yang harus bayar?” terdengar nada kesal. Sambil tetap di samping, Ricky sang suami berujar pelan, ”Bulan ini aja kok Ma, uang untuk jatah tabungan sudah Papa pakai untuk membeli keperluan mobil.”
Mungkin kita juga pernah seperti Bertha. Atau mencari excuse seperti Ricky?
That’s oke, kita tidak perlu memperpanjang cekcok mereka, namun pengelolaan keuangan memang tidak pernah lepas dari yang namanya komitmen, kesepakatan dan aturan yang sebaiknya diterapkan oleh setiap pasangan dan keluarga. Namun jauh lebih dalam dari semua itu; pernahkan kita semua tahu kenapa harus mengelola dan bagaimana sebaiknya mengelola uang?
Penghasilan terbatas dan pengeluaran tak terbatas
Pernah merasa kekurangan uang? Pasti pernah. Atau pernah “terpaksa” harus meminjam uang karena keperluan yang harus dikeluarkan? Mungkin juga pernah. Berbicara mengenai pengeluaran memang tidak akan pernah ada habisnya. Sebab memang pada kenyataannya pengeluaran itu bersifat tidak terbatas.
Berjalanlah sekali waktu ke pasar atau mal terdekat, kalau kita diberi kebebasan dan kekuasaan, pasti kita akan membeli semua yang ada. Dan percaya atau tidak berapapun dana yang kita miliki tidak akan pernah cukup untuk memenuhi semua harapan dan keinginan kita. Itulah kenapa dalam pengelolaan keuangan yang terpenting bukan bagaimana agar penghasilan menjadi terus bertambah, tapi bagaimana agar pengeluaran bisa terkendali. Sebab walaupun penghasilan besar, tidak akan ada gunanya bila kita tidak mampu mengelola pengeluaran. Dan yakinlah bahwa makin besar pemasukan akan makin besar pula pengeluaran.
Bagaimana mengelola pengeluaran ?
1. Buat Prioritas
Apa saja prioritas yang harus dikeluarkan rutin tiap bulan? mana yang harus dan mana yang bisa di tunda? Banyak dari kita mengeluarkan dana rutin bulanan hanya berdasarkan kebiasaan. Padahal harus diperhatikan kadangkala pengeluaran ruin tersebut bukan termasuk prioritas. Pembelian pulsa yang terus meningkat tiap bulan apakah lebih prioritas dibandingkan pembayaran cicilan kartu kredit? Banyak orang membeli pulsa sampai dengan Rp 500.000 per bulan, namun cicilan kartu kreditnya selalu dibayarkan minimum padahal utang mengenakan bunga yang artinya beban untuk kita.
Jadi mulai sekarang cobalah untuk mencatat semua pengeluaran Anda. Lakukan saja 3 bulan berturut-turut, maka akan terlihat pengeluaran mana yang prioritas dan mana yang tidak.
2. Buat alokasi
Seperti kita telah sepakati di awal bahwa pengeluaran bersifat tidak terbatas sedangkan pemasukan terbatas. Jadi alokasi menjadi kunci dari pengelolaan keuangan. Bagaimana 100% pemasukan bisa untuk memenuhi pengeluaran yang tidak terbatas. Alokasi umum yang sebaiknya ada di rumah tangga adalah ± 10% untuk sosial keagamaan, maksimal 30% untuk cicilan utang, minimal 20% untuk investasi dan proteksi, dan sisanya boleh dihabiskan untuk kebutuhan lainnya. Jadi harus cukup 100%. Cara paling mudah yang bisa dilakukan adalah dengan membaginya menjadi amplop atau kantong yang berbeda.sehingga minimal keluarga memiliki 4 amplop alokasi.
3. Pintar dalam mengeluarkannya
Prioritas sudah, alokasi sudah. Namun bagaimana kalo masih kurang? Nah disini masalahnya. Kalau ini terjadi ada 2 kemungkinan; penghasilan yang memang kurang atau mengeluarkannya tidak pintar. Banyak dari kita mengeluarkan untuk keinginan bukan kebutuhan. Jadi coba usahakan untuk mengeluarkan uang untuk kebutuhan yang artinya untuk pengeluaran tidak bisa di tunda, baru kalau ada sisa baru menuju ke keinginan.
Tugas Siapa?
Skema pengelolaan di atas memang di asumsikan bila penghasilan keluarga tergabung dalam satu kantong. Bisa karena 1 sumber penghasilan atau beberapa sumber penghasilan namun dijadikan satu.
Nah, bagaimana bila ada 2 sumber penghasilan dan keduanya tidak menggabungkannya menjadi satu?
Pertanyaan seperti ini paling banyak saya temui dalam sebuah keluarga. Tugas istri dalam keuangan apa dan tugas suami dalam keuangan apa. Kembali ke awal, pengelolaan keuangan juga membicarakan komitmen. Bisa saja seorang suami mengelola investasi dan asset, sedangkan istri akan mengelola keuangan harian. Ini berarti gaji istri untuk memenuhi kebutuhan bulanan seperti belanja bulanan, baju anak, liburan dan sebagainya. Sedangkan gaji suami untuk mengembangkan kekayaan. Misalnya untuk mempersiapkan pensiun, biaya pendidikan anak, mencicil utang rumah atau mobil dan sebagainya. Namun tentunya sekali lagi ini harus disepakati sejak awal dan komitmen menjadi keharusan di antara keduanya.
Kita yang berkuasa
Terakhir, segalanya memang butuh uang, namun harus disadari uang bukanlah segala-galanya. Kalau kita membuat uang menjadi segala-galanya, maka kita akan tergantung dengan uang yang artinya kita tergantung pada pengeluaran dan keinginan. Untuk itu kita harus bisa berkuasa dari pada uang. Kelola yang terbatas tadi menjadi efektif untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita. Sehingga jangan biarkan uang menguasai kita