Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena angka kesakitan dan kematiannya yang masih tinggi. Dengan angka kejadian 2-3 episod per anak per tahun, maka akan terdapat sekitar 60-90 juta kasus diare pada anak balita. Hasil penelitian di berbagai negara Asia menunjukkan diare memberikan kontribusi sebagai penyebab kematian sekitar 15% pada balita. Kurang lebih separuh kasus diare tersebut disebabkan oleh rotavirus.
Rotavirus merupakan penyebab tersering diare berat pada bayi dan anak di seluruh dunia, Berdasarkan analisis data, di dunia dalam setahun akan terjadi 111 juta epidod infeksi rotavirus, 25 juta diantaranya dirawat jalan, 2 juta dirawat inap dan 440.000 sampai 611.000 meninggal terutama di negara berkembang. Angka kematian tersebut merupakan 5 persen dari seluruh kematian pada balita.
Bagaimana penularan Rotavirus?
Rotavirus ditularkan dari orang ke orang terutama melalui melalui rute fekal-oral. Pada fase akut diare rotavirus, tinja anak mengandung lebih dari 100 milyar partikel virus per gram tinja. Pengeluaran virus tersebut terjadi mulai dari sebelum timbulnya gejala sampai 10 hari setelahnya. Penularan diantara anggota keluarga sering sekalai terjadi. Orang dewasa yang kontak dengan penderita diare rotavirus, 30-50 persen akan terinfeksi rotavirus ini walaupun tanpa gejala.Bila tertelan rotavirus, sebagian besar partikel rotavirus akan dinonaktifkan oleh asam lambung. Tetapi diperkirakan sedikitnya 1-10 organisme lolos dari lambung untuk dapat menginfeksi usus halus.
Gejala biasanya muncul setelah masa inkubasi 2-3 hari. Mulai dengan demam dan muntah yang mendadak, diikuti 24-48 jam kemudian dengan diare cair. Biasanya, mencret 10 sampai 20 kali sehari. Gejala biasanya berlangsung 3 sampai 8 hari. Demam terjadi pada lebih dari separuh kasus dan biasanya tidak tinggi, walaupun pada beberapa kasus dapat mencapai lebih dari 390C.
Bagaimana rotavirus didiagnosis?
Kalau kita menjumpai anak di bawah 2 tahun dengan demam dan muntah dan kemudian memperlihatkan diare cair yang sering perlu dicurigai diare karena rotavirus. Gejala intoleransi laktosa sering dijumpai pada sebagian besar kasus berupa diare cair berbau asam, kembung dan kemerahan pada anus akibat iritasi oleh tinja asam. Diare biasanya berlangsung 5-14 hari tergantung pada usia, status gizi dan pemberian obat-obatan yang diberikan. Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diare rotavirus yang paling praktis adalah mendeteksi rotavirus pada tinja dengan metoda quicktest yang memberikan hasil dalam beberapa menit.
Bagaimana mencegah infeksi rotavirus?
Perbaikan higiene dan sanitasi perorangan dan lingkungan ternyata tidak dapat menurunkan angka kejadian infeksi rotavirus, oleh karena itu rotavirus tetap merajalela di negara maju. Peran menyusui dalam mencegah diare rotavirus juga tidak jelas, angka kejadian infeksi rotavirus pada bayi yang menyusui dan bayi formula tidak banyak berbeda. Beberapa upaya pencegahan telah dilakukan untuk mencegah diare rotavirus salah satunya adalah dengan pemberian probiotik. Pencegahan yang paling efektif adalah dengan vaksinasi, sayangnya vaksin rotavirus saat ini masih dalam proses untuk masuk ke Indonesia.
Referensi :
- Bass ES, Pappano DA, Humiston SG. Rotavirus. Pediat Rev 2007;28:183-91.
- Bresee J, Fang ZJ, Wang B, et al. First report from the Asian rotavirus surveillance network. Emerg Inf Dis 2004;10:988-95.
- Dennehy PH. Rotavirus vaccine, an update. Vaccine 2007;25:3137-41.
- Grimwood K, Buttery JP. Clinical update: rotavirus gastroenteritis and its prevention. Lancet 2007;370:302-4.