[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]aat si kecil hadir, perencanaan keluarga kadang tak lagi terpikir oleh ibu. Pemberian ASI eksklusif kerap membuat ibu terlena karena bila diberikan dengan benar ASI eksklusif memang merupakan pilihan kontrasepsi yang dapat diandalkan. Namun, risiko kehamilan meningkat bila pemberian ASI berkurang, misalnya karena ibu bekerja.
Pada saat kehamilan, kadar hormon estrogen dan progesteron yang tinggi menekan aktivitas hormon di otak yang mengatur kesuburan (gonadotropin). Sekitar satu bulan setelah melahirkan, kadar hormon mulai turun sehingga gonadotropin dapat beraksi lagi. Bila ibu menyusui, hormon menyusui (prolaktin) dan isapan bayi pada puting susu ibu yang menekan aksi gonadotropin. Akibatnya? Ibu tidak mengalami ovulasi. Inilah yang disebut kontrasepsi menyusui.
Tidak semua ibu menyusui bisa mengandalkan metode menyusui sebagai kontrasepsi. Siapa saja ibu yang bisa mengandalkan metode ini?
- Ibu yang memberikan ASI eksklusif (tidak memberikan makanan lain)
- Ibu yang selalu menyusui siang dan malam
- Bayi masih berusia di bawah 6 bulan
- Ibu tidak mengalami haid setelah 8 minggu pertama setelah melahirkan
Tapi perlu diingat, kontrasepsi menyusui ini memiliki beberapa kelemahan. Efeknya dalam menekan kesuburan ibu akan berkurang bila bayi sudah berusia 6 bulan, ibu mengalami menstruasi, atau frekuensi menyusui berkurang, misalnya karena Ibu dengan sengaja mengurangi frekuensi menyusui, Ibu tidak lagi menyusui pada malam hari, Ibu mulai bekerja dan terpisah dari si kecil, Ibu mulai memperkenalkan makanan pengganti ASI walaupun hanya dalam jumlah kecil, dan Ibu atau si kecil sakit.
Ada dua metode yang dapat ibu pertimbangkan, kontrasepsi hormonal dan non-hormonal.
- Bila Ibu memilih kontrasepsi hormonal, hormon yang masuk ke ASI relatif sangat sedikit jumlahnya, yakni kurang dari 1%. Penelitian pun membuktikan bahwa kontrasepsi hormonal tidak mempengaruhi pertumbuhan si kecil. Beberapa contoh kontrasepsi hormonal; pil KB progesteron, yang merupakan salah satu dari kontrasepsi ‘progestin-only’ yaitu kontrasepsi yang hanya mengandung hormon progesteron. Pil jenis ini cocok digunakan karena terbukti aman dan tidak memengaruhi jumlah dan kualitas ASI. Pil ini dapat mulai digunakan kapan saja, bahkan pada masa nifas. Jika pil ini mulai dikonsumsi setelah hari ke-21 pasca-melahirkan, ibu memerlukan kontrasepsi tambahan seperti kondom selama 2 hari. Angka keberhasilannya cukup tinggi, mencapai 99%. Kontrasepsi hormonal yang lain adalah KB suntik dan KB implant.
- Sedangkan kontrasepsi non-hormonal antara lain Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD), kontrasepsi mantap, diafragma, gel spermisida, dan kondom
Pemilihan metode kontrasepsi sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan setiap orang. Misalnya saja, kondom dengan lubrikan dapat menjadi pilihan wanita dengan keluhan vagina yang kering karena selama menyusui terjadi penurunan estrogen. Konsultasikan dengan dokter metode apa yang Ibu pilih.